Ngomongin Malang nggak akan ada habisnya..
Mulai kenal dengan kota ini yaitu pertengahan tahun 2013
bulan Mei, yang saat itu aku sedang tahap Ujian SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri), dalam seleksi ini para calon mahasiswa dituntut untuk
memilih 3 Universitas dengan Jurusannya masing-masing. Dan pilihan ketigaku
adalah salah satu kampus di Malang yaitu UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jurusan Biologi. Aku memilih di Jurusan ini adalah pilihan terakhir dengan passing
grade yang kecil pokoknya yang memungkinkan aku bisa masuk, terus karena
diantara pelajaran Sains yang paling aku suka dan nyambung adalah Biologi.
Jadilah aku milih ini, dan ahkhirnya karena takdir Allah, aku ketrima di UIN
Malang. Jadilah Mahasiswa Baru.. (yee..)
Bulan Agustus, Pertama sampai di Kota ini kesannya adalah
….. jauh!
Karna ini adalah perjalanan terjauh setelah beberapa tahun
aku hidup di Jawa Tengah. Singkat cerita, 14 jam perjalanan dari terminal
Purwokerto sampai ke terminal Arjosari Malang. Aku berangkat sendiri dengan
membawa 1 koper dan tas. Sampai di terminal kemudian cari angkot AL (Arjosari,
Landungsari), Rp.3000,- sampai ke kampus UIN, disana sudah disediakan ma’had
untuk maba (Mahasiswa Baru) selama 1 tahun.
Sampailah aku di ma’had. Aku kebagian mabna (anakan dari
ma’had -Gedung-) Fathimah Az-zahra (Disingkat Faza) lantai 3 kamar no 59.
Sebelum masuk ke kamar yang dituju, barang-barang diperiksa terlebih dahulu
oleh musyrifah (pengurus). Jika ketahuan membawa barang-barang terlarang (
Heater, celana pensil/jeans, ricecooker) maka akan kena sita.
Barang-barang aku bawa sendiri menuju kamar di lantai 3. Tok
tok.. Assalamau’alaikum.. beberapa orang ada di dalam kamar (mba ima, indi
(Anyo), fina (Sonbe), mba lilis – kalo nggak salah juga si-
Ternyata aku adalah anak yang terakhir datang ke kamar
(telat satu hari-maklum orang jauh-)
Selang beberapa waktu, nadia, dewi, arin masuk ke kamar..
mereka ngoceh pake bhs jawa (bhs jawa timur), dan aku nggak paham sama omongan
mereka. Dikit-dikit agak paham sih, beberapa kata ada yang sama. Walapun aku
juga dari jawa, tapi bhs disini beda banget. Hampir beda keseluruhan. Kalaupun
ada yang sama itu juga beda arti (jadi aku lebih banyak diem) dan ngomongnya
pake bhs indo.. Haahaaa…
Kita sekamar ada 8 orang (mba ima, mba lilis, mba dewi,
arin, nadia, indi (anyo), fina (sonbe), dan aku) dan mba fitroh sebagai
pendamping kami.
Awal kenal mereka agak kaku, bingung, dan kaget. Emang beda
banget kehidupan di Maos, Cilacap, Jawa Tengah terus pindah langsung melancong
ke negeri orang di Malang (Jawa Timur). Mereka ngomong dan aku nggak paham sama
yang mereka omongin. Sesekali paham, tapi ternyata beda arti. Hahaha..
Nggak cuman soal bahasa. Makanan pun begitu. Iwak’e opo
(lauknya apa?), dan kalo di bhsku itu iwak ya ikan. Lalapan, di aku itu lalapan
ya sayur-sayuran mentah yang dimakan pake sambel. Di Malang itu lalapan ya satu
paket (ayam sayur sambel nasi). Cilok disini ukurannya kecil-kecil, kalo
diitung harga Rp.200,-an persatuannnya. Bisanya aku beli Rp.3000,- dan isinya
yang campur (Biar nggak ribet juga). Karna isinya bisa macem-macem, ada cilok
sendiri, tahu, siomay, gorengan, gorengan ada yang bulet dan ada yang pangsit
goreng.
Makanan disini unik-unik… sayur-sayuran udah biasa, terus
orek tempe di malang ini ukurannya pipih lebih lebar dan lebih keras. Terus
juga ada pangsit kecil-kecil yang di pedesin (ini hampir kaya orek tempe tapi
itu pake pangsit yang kecil-kecil). Oiya disana nggak ada mendoan, adanya
gorengan. Hehe..
Ketupat juga disana nggk ada (belum aku temuin), ada paling
ya lontong, itupun dicampur di sate. Dan masih banyak lagi,, ini karna aku baru
pertama menginjakkan kaki di Malang, makannya kaget dengan berbagai kehidupan
yang ada disana. Jadi… mau nggak mau aku juga harus beradaptasi biar bisa hidup
tentram ..(^_^)..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar