Jumat, 20 Maret 2015

laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Tumbuhan Paku di Coban Pelangi



LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
BOTANI TUMBUHAN BERPEMBULUH (BTB)
 (TUMBUHAN PAKU / PTERODOPHYTA)
DI COBAN PELANGI
  
 Dosen Pengampu:
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si



Description: E:\6287844088562-1374852138.jpg

Disusun Oleh:
         Sayyidah Ifadatul Ummah    (13620075)
         Nadia Alfa Sakinah               (13620076)
         Qonita Wardatul Jannah        (13620077)
          Abdul Muhaimin                  (13620081)



JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK LBRAHIM
MALANG
2015
Kata Pengantar

Alhamdulillah hirobil’alamin, ucapan syukur penulis kepada Allah Swt yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita sehingga masih dapat berkesempatan untuk menulis dan belajar tentang Tumbuhan Paku, yang mana pada kesempatan kali ini dilakukan dengan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilakukan di Coban Pelangi. Salawat dan salam marilah kita panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi Akhir zaman yang banyak memanfaatkan waktunya untuk menyebarkan Islam, hingga sampailah Islam kepada kita saat ini. Semoga dengan keIslaman inilah kita dapat lebih bersyukur kepada Allah dan ditunjukan dengan mempelajari ciptaan-ciptaan yang telah Dia berikan berupa Tumbuh-Tumbuhan.
Ucapan Terimakasih juga penulis sampaikan kepada para Dosen, Asisten Praktikum dan teman-teman yang telah berpartisipasi dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, semoga dengan ditulisnya Laporan ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran tentang Tumbuhan Paku. Jika terjadi kesalahan pada penulisan laporan ini kami sebagai penulis menyampaikan permintamaafan karena kami sebagai manusia adalah tempatnya salah. Dan diharapkan dengan penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.










Malang, 20 Maret 2015


    Penulis
                                                                              
DAFTAR ISI

Kata Pengantar  ..............................................................................................................................i
Daftar Isi   ......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1,1 Latar belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ciri-ciri Tumbuhan Paku  .................................................................................................3
2.2 Klasifikasi Tumbuhan Paku .............................................................................................4
2.3 Macam-macam Daun Tumbuhan Paku ............................................................................5
2.4 Reproduksi Tumbuhan Paku.............................................................................................6
2.5 Peran Tumbuhan Paku dalam Kehidupan Manusia..........................................................6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat  .....................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Dicksonia antarctic .....................................................................................................8
4.2 Adiantum Capillus-Veneri  ........................................................................................10
4.3 Adiantum Flabellulatum ............................................................................................12
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan  ...............................................................................................................16
5.2 Saran ..........................................................................................................................16
Daftar Pustaka  ............................................................................................................................17





                                                                             
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Taksonomi tumbuhan merupakan suatu ilmu yang mengkhususkan diri dalam kegiatan identifikasi tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi tumbuhan. Kegiatan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan morfologi dan anatomi tumbuhan yang dimaksud. Karena klasifikasi tumbuhan adalah proses penempatan tumbuhan ke dalam tingkatannya masing masing berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak.
Coban pelangi merupakan suatu lahan yang banyak ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi exsitu (di luar habitat). Salah satu jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di Coban Pelangi adalah tumbuhan dari divisi Pteridophyta yaitu tumbuhan paku, tumbuhan paku sendiri merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi (Campbell, 1999).  Tumbuhan paku merupakan salah satu tanaman yang tidak lepas dari usaha penyederhanaan obyek studi. Hal ini berkaitan dengan jumlah dan keanekaragaman tumbuhan paku yang sangat besar di alam, yaitu mecapai kurang lebih 9000 spesies. (Wilson dan Loomis (1966) dalam Nurchayati (2010). Selain untuk penelitian, Coban Pelangi ini dapat berfungsi sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Hal inilah yang mendorong praktikan untuk memilih Coban Pelangi sebagai lahan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sehingga sangat cocok dalam menambah wawasan keilmuan praktikan dalam keanekaragaman tanaman divisi Pteridophyta.
Dalam Al qur’an dijelaskan dalam surat Al An’am ayat 95
إِنَّ اللّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ذَلِكُمُ اللّهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ ﴿٩٥﴾
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?”
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan berbagai macam tumbuhan di bumi ini sehingga manusia diharapkan mampu untuk mempelajari kenekaragaman tumbuhan yang telah Allah ciptakan. Hal ini juga yang membuat manusia harus selalu bersyukur atas nikmat yang selalu Ia berikan. Sehingga manusia diperintah untuk mempelajari ciptaan Allah agar manusia mampu untuk selalu memuji-Nya. Dan salah satu bentuk kita memujiNya yaitu dengan mempelajari keanekaragaman tumbuhan paku di Coban Pelangi.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Spesies tumbuhan paku apa saja yang ada di Coban Pelangi?
2.      Bagaimana ciri-ciri dari masing-masing spesies?
3.      Apa saja manfaat tumbuhan paku?
1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui beberapa spesies tumbuhan paku di Coban Pelangi
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri dari masing-masing spesies
3.      Untuk mengetahui manfaat tumbuhan paku.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus, serta mempunyai system pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan yang lain. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Jadi penempatan tumbuhan paku kedalam golongan tingkat rendah atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Jika didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada macam ada atau tidaknya system pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh (Campbell, 1999).
2.1 Ciri-ciri tumbuhan paku
Ciri-ciri tumbuhan paku adalah sebagai berikut (Muspiroh, 2010) :
a)      Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi.
b)      Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium.
c)      Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh.
d)     Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat mineral dari dalam tanah.
e)      Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun,
f)       Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi kaliptra.
g)      Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak.
h)      Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung.


2.2 Klasifikasi Tumbuhan Paku
Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi.
1. Subdivisi Psilopsida
Subdivisi Psilopsida merupakan jenis tumbuhan paku sederhana dan hanya memiliki dua genus yang hidup tersebar luas di daerah tropik dan subtropik. Termasuk tumbuhan paku homospora dan sudah hampir punah. Pada generasi sporofit, jenis tumbuhan paku ini mempunyai ranting yang bercabang-cabang dan tidak memiliki akar dan daun. Sebagai pengganti akar, jenis tumbuhan paku ini memiliki akar yang diselubungi rambut-rambut kecil yang disebut rizoid dan belum memiliki jaringan pengangkut. Contohnya adalah Psilotum nudum (Prawiro, 2007).
2. Subdivisi Lycopsida
Disebut juga sebagai paku kawat atau paku rambut. Anggota kelompok ini memiliki daun kecil-kecil dan tidak bertangkai. Tumbuhan paku ini termasuk paku yang heterspora. Hidup sebagai epifit di daerah tropis. Contohnya adalah Lycopodium cernuum (paku kawat) dan Selaginella (paku rane) (John, 2006).
3. Subdivisi Sphenopsida
Dikenal sebagai paku ekor kuda dengan sporofit yang cukup mencolok. Gametofitnya berkembang dari spora berukuran sangat kecil, dapat berfotosintesis serta hidup secara bebas. Spora haploid dihasilkan di dalam sporangium secara meiosis. Sphenopsida termasuk paku peralihan. Umumnya memiliki batang bercabang dan beruas-ruas. Daunnya kecil seperti selaput halus, tunggal dan tersusun melingkar. Batangnya berwarna hijau yang mengandung klorofil untuk fotosintesis. Contohnya adalah Equisetum debile (paku ekor kuda) (Prawiro, 2007) .
4. Subdivisi Pteropsida
Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari. Banyak ditemukan di daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki daun yang lebih besar dibandingkan dengan subdivisi lainnya dan dibedakan menjadi dua macam yaitu megafil dengan sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun yang tumbuh dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Daunnya yang masih muda menggulung pada ujungnya dan sporangium terdapat pada sporofil. Contohnya adalah Adiantum cuneatum (suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan Asplenium nidus (paku sarang kuda) (Iqbal,2008).

2.3 Macam-macam daun pada tumbuhan paku :
2.3.1 Berdasarkan jenis-jenis spora yang dihasilkan tumbuhan paku terbagi atas (Tjitrosoepomo, 2000 ):
a) Paku homospora
Merupakan jenis paku yang hanya menghasilkan spora jantan atau spora betina saja. Contohnya :Lycopodium atau paku kawat.
b) Paku peralihan
Merupakan jenis paku yang dapat menghasilkan dua macam spora, yaitu spora jantan dan spora betina. Spora tersebut memiliki ukuran yang sama. Contohnya adalah Equisetum debile.
c) Paku Heterospora
Jenis paku yang menghasilkan spora dengan jenis dan ukuran yang berbeda, yaitu spora jantan dan spora betina. Spora jantan memiliki ukuran yang lebih kecil (mikrospora) dan spora betina memiliki ukuran yang lebih besar (makrospora). Contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella widenowii.
2.3.2 Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi dua yaitu (John, 2006):
a)      Tropofil (daun steril)
Daun yang hanya berfungsi untuk fotosintesis.
b)     Sporofil (daun fertil)
Fungsi utamanya adalah menghasilkan sporangium, biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis.
2.3.3 Berdasarkan ukuran daunnya, tumbuhan paku dibagi menjadi dua macam (John, 2006) :
a)      Isofil
Daun-daunnya yang mempunyai ukuran sama atau serupa.
b)     Anisofil
Daun-daunnya terdiri atas 2 ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang lain.
2.3.4. Berdasarkan bentuk, ukuran dan susunan daunnya yaitu (Iqbal, 2008) :
 a)
Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
b) Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun, dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik..

2.4 Reproduksi Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti pada lumut. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya. Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di daun atau di batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n) (Campbell, 1999).
            Gametofit memiliki dua jenis alat reproduksi, yaitu anteridium dan arkegonium, atau satu jenis alat reproduksi, yaitu anteridium saja atau arkegonium saja. Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid (n). Anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagelum yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n). Embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n) (Muspiroh, 2010).
2.5 Peranan Tumbuhan Paku Dalam Kehidupan Manusia.
Dibawah ini adalah beberapa tumbuhan paku yang bermanfaat bagi manusia diantaranya adalah (Muspiroh, 2010 ) :
a)      Dipelihara sebagai tanaman hias, misalnya paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium sp), suplir (Adiantum sp) dan paku rane (Selaginella sp)
b)      Penghasil obat – obatan misalnya : Aspidium sp, Dryopteris filix mas, dan Lycopodium clavatum.
c)      Sebagai sayuran, misalnya semanggi (Marsilea crenata) dan Pteridium aqualium.
d)     Sebagai bahan pupuk hijau, misalnya Azolla piñata.
e)      Sebagai salah satu bahan dalam pembuatan karangan bunga, misalnya Lycopodium cernuum.




BAB III
METODE  PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
            Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Botani Tumbuhan Berpembuluh di laksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2015 di Coban Pelangi Gubuklakah, Kecamatan Poncokusumo, kabupaten Malan, Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
            Alat-alat yang digunakan pada Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini adalah :
1.      Kamera                                                            1 buah
2.      Alat tulis (pensil, kertas, penghapus)              1 buah
3.      Buku referensi                                                1 buah
3.2.2        Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam Kuliah Kerja Lapangan  (KKL) ini yaitu:
1.      Decksonia antarctica
2.      Adiantum Capillus-Veneris
3.      Adiantum Flabellulatum
3.3. Langkah Kerja
1.      Dicari tumbuhan paku di sekitar kawasan Coban Pelangi
2.      Difoto tumbuhan paku jika memungkinkan di ambil dari habitatnya
3.      Diamati bagian-bagian tumbuhan paku
4.      Digambar bagian-bagian tumbuhan paku yang telah diamati
5.      Diidentfikasi tumbuhan paku yang telah diamati.


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Dicksonia antarctica
Gambar hasil Pengamatan
Gambar Literatur
          
            Description: D:\kkl coban pelangi\DSCN3022.JPG
        
                Description: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSQ2pWBj1mRUd2P6dpPqTSxBJyeHKTua_ZvCkcKj32bFwio_oHn
                          Flickler, 2012
Keterangan:
1.      Sori
2.      Helaian daun
3.      Tangkai daun
4.1.1 klasifikasi
 Kingdom : plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Cytheales
Famili : Dicksoniaceae
Genus : Dicksonia
Spesies : Dicksonia antarctica (labill, 1807)
4.1.2 Pembahasan
A.    Struktur Tubuh
Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan yaitu mengamati jenis tumbuhan paku yang ada pada lokasi pengamatan ditemukan spesies Dicksonia antarctica dengan ciri-ciri perawakan perdu, berakar serabut, batang berupa rizoma, berkayu, dan bentuk batang silindris berwarna coklat kehitaman. Daun pada spesies ini bersifat makrofil yaitu daun yang berukuran besar, bertangkai, bertulang daun dan setiap peruratan terdapat sorus didaun bagian bawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iqbal (2008) Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun, dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik. Daun berupa daun tunggal dan letaknya menempel pada cabang, berselang-seling, tidak memiliki stipula, helaian daun memanjang, dengan tepi bertoreh, bentuk pangkal bulat telur, ujung daun runcing permukaannya kasar dan pertulangannya menyirip.
Menurut Muspiroh (2010) menjelaskan mengenai ciri-ciri tumbuhan paku diantaranya yaitu: Struktur tubuh terdiri atas akar, batang dan daun. Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut yang bagian ujungnya dilindungi dengan kaliptra. Dalam pengamatan juga terlihat spora berwarna coklat, yang terdapat di daun bagian bawah dan tumbuh mengikuti arah peruratan daun.
B.     Reproduksi
Reproduksi spesies Dicksonia antarctica dengan cara aseksual yaitu menghasilkan spora. Dimana letak spora di daun bagian bawah dan mengikuti peruratan daun. Menurut Campbell, (1999) Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti pada lumut. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
C.     Habitat
Dicksonia antarctica merupakan salah satu dari tumbuhan paku sejati (pteropsida) yaitu sebagian besar hidup di darat pada daerah tropis dan subtropis. Banyak terdapat di hutan, tempat lembab, lereng hutan dll.
D.    Manfaat
Manfaat spesies Dicksonia antarctica dapat digunakan sebagai sumber makanan dengan cara dimasak dan dapat dijadikan tepung.


4.2 Adiantum Capillus-Veneris
Gambar hasil pengamatan
Gambar Literatur
         
        Description: D:\kkl coban pelangi\DSCN3088.JPG       
                          
        Description: File:Adiantum01 ST 06.JPG
              Thomas Robertson (1915)
  Keterangan:
1.      Helaian daun
2.      Cabang batang
3.      Akar serabut
4.      Batang
4.2.1 klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum capillus-veneris
             Thomas Robertson (1915)
4.2.2        Pembahasan
A.    Struktur Tubuh
Hasil dari pengamatan mengenai spesies Adiantum capillus-veneris memperlihatkan bahwa perawakan perdu, berakar serabut. Batang berkayu, arah tumbuh kesamping, batang berbentu bulat dengan percabangan dikotom berwarna coklat kehitam-hitaman. Daun menempel pada batang, tunggal, filotaksisnya berselang-seling dan tidak mempunyai stipula, tepi berlekuk, pangkalnya meruncing, ujung daun berlekuk, permukaan halus, pertulangan daun menyirip peruratannya sampai ke tepi, tekstur daun halus dan seperti selaput.
Menurut Muspiroh (2010) menjelaskan tentang ciri-ciri tumbuhan paku yaitu struktur tubuhnya terdiri atas akar, batang dan daun. Akarnya rizoid yang bersifat seperti akar serabut yang ujungnya dilindungi oleh kaliptra. Pada umunya batang tidak tampak karena terdapat di dalam tanah yaitu berupa rimpang, menjalar, dan sedikit yegak. Hal ini sesuai dengan pengamatan yaitu bagian batang terdapat di dalam tanah dan bersamaan dengan tumbuhnya akar.
B.     Reproduksi
Reproduksi spesies Adiantum capillus-veneris dengan aseksual yaitu menghasilkan spora yang terdapat di tepi daun bagian bawah. Pteridophyta ini bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif). Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sel induk spora yang terdapat di dalam sporangium (kotak spora). Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya. Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora (Campbell, 1999)
C.     Habitat
Habitat spesies ini hidup di daerah tropis dan subtropis. Bayak ditemukan di hutan, lereng hutan, dan daerah lembab lainnya.
D.    Manfaat 
Spesies Adiantum capillus-veneris banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Karena perawakannya yang mudah ditanam dan tidak banyak memakan tempat untuk tumbuh. Selain sebagai tanaman hias dalam jurnal of Advanced Scientific Research dijelaskan bahwa penelitian mengenai daun Adiantum capilus-veneris dapat digunakan sebagai obat. Yaitu dengan diselidiki ekstrak fitokimianya yang dapat bermanfaat sebagai antibekteri, antivirus, hipoglikemik, dll.

 4.3 Adiantum Flabellulatum
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Literatur
            
       Description: D:\kkl coban pelangi\DSCN3090.JPG            

        
Description: http://www.planta.cn/forum/files_planta/ssparagraphadiantum_flabellulatum_lsp7090_neo_img_209.jpg
(Doudou, 2007)
Keterangan:
1.      Helaian daun
2.      Cabang batang
3.      Batang
4.      Akar serabut
4.3.1 klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum flabellulatum  (Bedd, 1753)
4.3.2 Pembahasan
A. Struktur Tubuh
Hasil dari pengamatan yang telah dilakukan pada spesies Adiantum flabellulatum memperlihatkan bahwa spesies ini memiliki perawakan perdu. Berakar serabut, berbatang kayu tumbuhnya ke samping, bentuk bulat, berwarna coklat kehitam-hitaman dan kasar, cabang monopodial. Letak daun menempel pada cabang, berselang-seling, dan tidak memiliki stipula, daun tunggal, bentuk helai memanjang, tepi bergerigi, pangkal meruncing, ujung daun runcing, permukaan kasar dan pertulangan menyirip, peruratan sampai ke tepi, teksturnya kasar dan terdapat crozier. Spora terdapat di bagian bawah tepi daun.
Pengamatan sesuai dengan penjelasan muspiroh (2010) mengenaii ciri-ciri tumbuhan paku yaitu terdiri atas bagian akar, batang dan daun. Akar beripa rizoid yang bersifat sepertii akar serabut yang diujungnya dilindungi oleh kaliptra. Batang tidak tampak yaitu tumbuh di bawah tanah. Pada pengamatan juga terlihat saat diamati yaitu terdapat batang dibagian bawah yang tumbuh dekat dengan akar.
B. Reproduksi
Pteridophyta ini bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif). Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sel induk spora yang terdapat di dalam sporangium (kotak spora). Spora akan tumbuh menjadi gametofit. Selain melalui pembentukan spora, reproduksi secara aseksual juga dapat dilakukan dengan rizom. Dimana rizom akan tumbuh menjalar dan membentuk tunas-tunas tumbuhan paku yang berkoloni (bergerombol). Reproduksi seksual terjadi melalui fertilisasi ovum oleh spermatozoid berflagel yang menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan tumbuh menjadi sporofit. Dalam siklus hidupnya, tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara generasi gametofit yang berkromosom haploid (n) dan generasi sporofit yang berkromosom diploid (2n). Generasi sporofit hidup lebih dominan atau memiliki masa hidup yang lebih lama dibanding generasi gametofit (Campbell,1999).
Metagenesis siklus hidup tumbuhan paku Homospora:
1.      Spora berkromosom haploid (n) bila jatuh di habitat yang cocok untuk hidup maka akan dapat melakukan perkecambahan, sel-selnya membelah secara mitosis dan tumbuh menjadi protalium (gametofit) yang bersifat haploid (n)
2.      Protalium kemudian membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium) yang haploid (n)
3.      Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagel (n) dan arkegonium menghasilkan ovum (n)
4.      Spermatozoid (n) membuahi ovum (n) di dalam arkegonium yang kemudian berkembang menjadi zigot yang diploid (2n)
5.      Zigot (2n) akan mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi tumbuhan paku (sporofit) yang haploid (2n). Tumbuhan paku kemudian tumbuh keluar dari arkegonium induknya
6.      Sporofit (tumbuhan paku) dewasa menghasilkan sporofil (2n) atau disebut daun penghasil spora
7.      Sporofil (2n) memiliki sporangium (2n). Di dalam sporangium terdapat sel induk spora berkromosom diploid (2n). Sel induk spora (2n) mengalami pembelahan meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n). berikut adalah skema metagenesis siklus hidup tumbuhan paku heterospora:
  
                            Description: siklus hidup tumbuhan paku homospora
                                             Skema siklus hidup tumbuhan paku homospora
C. Habitat
Habitat spesies Adiantum flabellulatum yaitu hidup di tempat tropis dan sub tropis. Banyak ditemukan didaerah-daerah lembab seperti hutan, lereng-lereng hutan, dan daerah lembab lainnya.
D. Manfaat
Spesies ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Selain sebagai tanaman hias spesies dari genus Adiantum juga bermanfaat sebagai tanaman obat, sebagaimana dijelaskan oleh Muspiroh (2010) yaitu: Adiantum sp merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai penghasil obat-obatan.


























BAB V
PENUTUP
5.1  kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu:
1.      Beberapa spesies yang ditemukan di Coban Pelangi diantaranya yaitu: Dicksonia antarctica, Adiantum Capillus-Veneris, Adiantum flabellulatum
2.      Ciri-ciri dari spesies Dicksonia antarctica yaitu   perawakan perdu, berakar serabut, batang berupa rizoma, berkayu, dan bentuk batang silindris berwarna coklat kehitaman. Daun pada spesies ini bersifat makrofil yaitu daun yang berukuran besar, bertangkai, bertulang daun dan setiap peruratan terdapat sorus didaun bagian bawah. Ciri-ciri dari Adiantum capillus-veneris yaitu perawakan perdu, berakar serabut. Batang berkayu, arah tumbuh kesamping, batang berbentu bulat dengan percabangan dikotom berwarna coklat kehitam-hitaman. Daun menempel pada batang, tunggal, filotaksisnya berselang-seling. Adiantum flabellulatum yaitu  perawakan perdu. Berakar serabut, berbatang kayu tumbuhnya ke samping, bentuk bulat, berwarna coklat kehitam-hitaman dan kasar, cabang monopodial. Letak daun menempel pada cabang, berselang-seling
3.      Manfaat tumbuhan paku diantaranya yaitu: digunakan sebagai tanaman hias, tanaman obat-obatan, dan juga bisa digunakan sebagai objek penelitian dalam bidang akademik dan lain-lain.
5.2  Saran
Diharapkan pada saat mengidentifikasi tumbuhan lebih diperhatikan agar tidak ada kerancuanm saat identifikasi dan lebih mudah untuk dipahami.


DAFTAR PUSTAKA
Ansari et al. 2012. Adiantum capillus-veneris. L: Phytochemical Constuens, Traditional Use and Pharmacological Properties: A Review. Journal of Advanced Scientific Research. 3(4):15-20
Campbell, Neil  A. Dkk. 1999.Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Iqbal.2008. Sistematika Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
John w. Kimball dkk. 2006. Biologi jilid 3. Jakarta: Erlangga
Muspiroh, Novyanti, dkk. 2010. Buku Panduan Praktikum Taksonomi Tumbuhan 1           (Cyptogamae). Cirebon: Pusat Laboratorium IAIN Syakh Nurjati
Nurchayati, Nunuk. 2010. Hubungan Kekerabatan beberapa Spesies Tumbuhan Paku Familia Polypodiaceae  ditinjau dari Karakter Morfologi Sporofit dan gametofit. Jurnal ilmiah Progressif, Vol. 7 No. 19 
Prawiro, Hartono. 2007. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara
Tjitrosoepomo,Gembong.2000. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University       Press.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar