LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
BOTANI TUMBUHAN BERPEMBULUH (BTB)
(TUMBUHAN PAKU /
PTERODOPHYTA)
DI COBAN PELANGI
Dosen Pengampu:
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si

Disusun Oleh:
Sayyidah Ifadatul Ummah (13620075)
Nadia Alfa Sakinah (13620076)
Qonita Wardatul Jannah (13620077)
Abdul Muhaimin (13620081)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK LBRAHIM
MALANG
2015
Kata
Pengantar
Alhamdulillah hirobil’alamin, ucapan
syukur penulis kepada Allah Swt yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita
sehingga masih dapat berkesempatan untuk menulis dan belajar tentang Tumbuhan
Paku, yang mana pada kesempatan kali ini dilakukan dengan Kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) yang dilakukan di Coban Pelangi. Salawat dan salam marilah kita
panjatkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi Akhir zaman yang banyak
memanfaatkan waktunya untuk menyebarkan Islam, hingga sampailah Islam kepada
kita saat ini. Semoga dengan keIslaman inilah kita dapat lebih bersyukur kepada
Allah dan ditunjukan dengan mempelajari ciptaan-ciptaan yang telah Dia berikan
berupa Tumbuh-Tumbuhan.
Ucapan Terimakasih juga penulis sampaikan
kepada para Dosen, Asisten Praktikum dan teman-teman yang telah berpartisipasi
dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, semoga dengan ditulisnya
Laporan ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran tentang Tumbuhan Paku.
Jika terjadi kesalahan pada penulisan laporan ini kami sebagai penulis
menyampaikan permintamaafan karena kami sebagai manusia adalah tempatnya salah.
Dan diharapkan dengan penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Malang, 20
Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................................................i
Daftar Isi ......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1,1 Latar
belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah ............................................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ciri-ciri
Tumbuhan Paku .................................................................................................3
2.2 Klasifikasi Tumbuhan Paku .............................................................................................4
2.3 Macam-macam Daun Tumbuhan Paku ............................................................................5
2.4 Reproduksi Tumbuhan
Paku.............................................................................................6
2.5 Peran Tumbuhan Paku dalam
Kehidupan Manusia..........................................................6
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat .....................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Dicksonia antarctic .....................................................................................................8
4.2 Adiantum Capillus-Veneri ........................................................................................10
4.3 Adiantum
Flabellulatum ............................................................................................12
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan ...............................................................................................................16
5.2
Saran ..........................................................................................................................16
Daftar Pustaka ............................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Taksonomi
tumbuhan merupakan suatu ilmu yang mengkhususkan diri dalam kegiatan
identifikasi tumbuhan serta penempatan dan pemberian nama bagi tumbuhan.
Kegiatan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan morfologi dan anatomi tumbuhan
yang dimaksud. Karena klasifikasi tumbuhan adalah proses penempatan tumbuhan ke
dalam tingkatannya masing masing berdasarkan persamaan ciri-ciri yang tampak.
Coban
pelangi merupakan suatu lahan yang banyak ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan
yang dapat digunakan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi exsitu (di luar habitat). Salah satu jenis tumbuhan
yang banyak ditemukan di Coban Pelangi adalah tumbuhan dari divisi Pteridophyta
yaitu tumbuhan paku, tumbuhan paku sendiri merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan
berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan
tumbuhan tingkat tinggi (Campbell, 1999). Tumbuhan paku merupakan salah satu tanaman yang tidak lepas dari
usaha penyederhanaan obyek studi. Hal ini berkaitan dengan jumlah dan
keanekaragaman tumbuhan paku yang sangat besar di alam, yaitu mecapai kurang
lebih 9000 spesies. (Wilson dan Loomis (1966) dalam Nurchayati (2010). Selain untuk penelitian, Coban Pelangi ini dapat
berfungsi sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Hal inilah yang
mendorong praktikan untuk memilih Coban Pelangi sebagai lahan Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) sehingga sangat cocok dalam menambah wawasan keilmuan praktikan
dalam keanekaragaman tanaman divisi Pteridophyta.
Dalam Al
qur’an dijelaskan dalam surat Al An’am ayat 95
إِنَّ اللّهَ
فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ
الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ذَلِكُمُ اللّهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ ﴿٩٥﴾
“Sesungguhnya
Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?”
Ayat diatas
menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan berbagai macam tumbuhan di bumi ini sehingga
manusia diharapkan mampu untuk mempelajari kenekaragaman tumbuhan yang telah
Allah ciptakan. Hal ini juga yang membuat manusia harus selalu bersyukur atas
nikmat yang selalu Ia berikan. Sehingga manusia diperintah untuk mempelajari
ciptaan Allah agar manusia mampu untuk selalu memuji-Nya. Dan salah satu bentuk
kita memujiNya yaitu dengan mempelajari keanekaragaman tumbuhan paku di Coban
Pelangi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Spesies
tumbuhan paku apa saja yang ada di Coban Pelangi?
2.
Bagaimana
ciri-ciri dari masing-masing spesies?
3.
Apa
saja manfaat tumbuhan paku?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui beberapa spesies tumbuhan paku di Coban Pelangi
2.
Untuk
mengetahui ciri-ciri dari masing-masing spesies
3.
Untuk
mengetahui manfaat tumbuhan paku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar
atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang
diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan
tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut
dengan tumbuhan tingkat tinggi. Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan
sebagai tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai
kormus, serta mempunyai system pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan
alat perkembangbiakan yang lain. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora. Jadi penempatan tumbuhan paku kedalam golongan tingkat rendah
atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar.
Jika didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan
berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada macam
ada atau tidaknya system pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai
tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh (Campbell,
1999).
2.1
Ciri-ciri tumbuhan paku
Ciri-ciri
tumbuhan paku adalah sebagai berikut (Muspiroh,
2010) :
a)
Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ
reproduksi.
b)
Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium.
c)
Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh.
d)
Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut
air dan zat-zat mineral dari dalam tanah.
e)
Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun,
f)
Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan
ujung dilindungi kaliptra.
g)
Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku
tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit
tegak.
h)
Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung.
2.2 Klasifikasi Tumbuhan Paku
Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat
diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi.
1. Subdivisi Psilopsida
Subdivisi Psilopsida merupakan jenis
tumbuhan paku sederhana dan hanya memiliki dua genus yang hidup tersebar luas
di daerah tropik dan subtropik. Termasuk tumbuhan paku homospora dan sudah
hampir punah. Pada generasi sporofit, jenis tumbuhan paku ini mempunyai ranting
yang bercabang-cabang dan tidak memiliki akar dan daun. Sebagai pengganti akar,
jenis tumbuhan paku ini memiliki akar yang diselubungi rambut-rambut kecil yang
disebut rizoid dan belum memiliki jaringan pengangkut. Contohnya adalah Psilotum
nudum (Prawiro, 2007).
2. Subdivisi Lycopsida
Disebut juga sebagai paku kawat atau
paku rambut. Anggota kelompok ini memiliki daun kecil-kecil dan tidak
bertangkai. Tumbuhan paku ini termasuk paku yang heterspora. Hidup sebagai
epifit di daerah tropis. Contohnya adalah Lycopodium cernuum (paku
kawat) dan Selaginella (paku rane) (John, 2006).
3. Subdivisi Sphenopsida
Dikenal sebagai paku ekor kuda
dengan sporofit yang cukup mencolok. Gametofitnya berkembang dari spora
berukuran sangat kecil, dapat berfotosintesis serta hidup secara bebas. Spora
haploid dihasilkan di dalam sporangium secara meiosis. Sphenopsida termasuk
paku peralihan. Umumnya memiliki batang bercabang dan beruas-ruas. Daunnya
kecil seperti selaput halus, tunggal dan tersusun melingkar. Batangnya berwarna
hijau yang mengandung klorofil untuk fotosintesis. Contohnya adalah Equisetum
debile (paku ekor kuda) (Prawiro, 2007) .
4. Subdivisi Pteropsida
4. Subdivisi Pteropsida
Dikenal sebagai pakis menurut
pengertian kita sehari-hari. Banyak ditemukan di daerah hutan tropis dan
subtropis. Memiliki daun yang lebih besar dibandingkan dengan subdivisi lainnya
dan dibedakan menjadi dua macam yaitu megafil dengan sistem percabangan pembuluh
dan mikrofil yaitu daun yang tumbuh dari batang yang mengandung untaian tunggal
jaringan pengangkut. Daunnya yang masih muda menggulung pada ujungnya dan
sporangium terdapat pada sporofil. Contohnya adalah Adiantum cuneatum
(suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan Asplenium nidus (paku
sarang kuda) (Iqbal,2008).
2.3
Macam-macam daun pada tumbuhan paku :
2.3.1 Berdasarkan jenis-jenis spora yang
dihasilkan tumbuhan paku terbagi atas (Tjitrosoepomo, 2000 ):
a) Paku homospora
Merupakan jenis paku yang hanya
menghasilkan spora jantan atau spora betina saja. Contohnya :Lycopodium
atau paku kawat.
b) Paku peralihan
Merupakan jenis paku yang dapat
menghasilkan dua macam spora, yaitu spora jantan dan spora betina. Spora
tersebut memiliki ukuran yang sama. Contohnya adalah Equisetum debile.
c) Paku Heterospora
Jenis paku yang menghasilkan spora
dengan jenis dan ukuran yang berbeda, yaitu spora jantan dan spora
betina. Spora jantan memiliki ukuran yang lebih kecil (mikrospora) dan
spora betina memiliki ukuran yang lebih besar (makrospora). Contohnya
adalah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella widenowii.
2.3.2 Berdasarkan fungsinya, daun
tumbuhan paku dibedakan menjadi dua yaitu (John,
2006):
a) Tropofil
(daun steril)
Daun yang hanya berfungsi untuk fotosintesis.
b) Sporofil
(daun fertil)
Fungsi utamanya adalah menghasilkan
sporangium, biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai organ untuk
fotosintesis.
2.3.3 Berdasarkan ukuran daunnya, tumbuhan
paku dibagi menjadi dua macam (John, 2006) :
a) Isofil
Daun-daunnya yang mempunyai ukuran sama atau
serupa.
b) Anisofil
Daun-daunnya
terdiri atas 2 ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang lain.
2.3.4. Berdasarkan bentuk, ukuran
dan susunan daunnya yaitu (Iqbal, 2008) :
a) Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
a) Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
b) Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai,
bertulang daun, dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi
dengan baik..
2.4 Reproduksi Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual
dan seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti
pada lumut. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara
generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku,
generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya. Generasi
gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan
oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium
terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di daun atau di batang.
Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di
tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi
gametofit yang haploid (n) (Campbell,
1999).
Gametofit
memiliki dua jenis alat reproduksi, yaitu anteridium dan arkegonium, atau satu
jenis alat reproduksi, yaitu anteridium saja atau arkegonium saja. Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid (n). Anteridium menghasilkan
banyak spermatozoid berflagelum yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan
perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan
ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n).
Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n). Embrio tumbuh menjadi sporofit
yang diploid (2n) (Muspiroh,
2010).
2.5 Peranan
Tumbuhan Paku Dalam Kehidupan Manusia.
Dibawah ini adalah beberapa tumbuhan
paku yang bermanfaat bagi manusia diantaranya adalah (Muspiroh, 2010 ) :
a)
Dipelihara
sebagai tanaman hias, misalnya paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum),
paku sarang burung (Asplenium sp), suplir (Adiantum sp) dan paku
rane (Selaginella sp)
b)
Penghasil
obat – obatan misalnya : Aspidium sp, Dryopteris filix mas, dan Lycopodium
clavatum.
c)
Sebagai
sayuran, misalnya semanggi (Marsilea crenata) dan Pteridium aqualium.
d)
Sebagai
bahan pupuk hijau, misalnya Azolla piñata.
e)
Sebagai
salah satu bahan dalam pembuatan karangan bunga, misalnya Lycopodium
cernuum.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kuliah
Kerja Lapangan
(KKL) Botani Tumbuhan Berpembuluh di laksanakan pada hari Sabtu tanggal 14
Maret 2015 di Coban Pelangi Gubuklakah, Kecamatan
Poncokusumo,
kabupaten Malan, Jawa Timur.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat-alat yang digunakan pada Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini
adalah :
1.
Kamera 1
buah
2.
Alat
tulis (pensil, kertas, penghapus) 1
buah
3.
Buku referensi
1 buah
3.2.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) ini yaitu:
1.
Decksonia antarctica
2.
Adiantum
Capillus-Veneris
3. Adiantum Flabellulatum
3.3. Langkah
Kerja
1. Dicari tumbuhan paku di sekitar kawasan Coban
Pelangi
2.
Difoto
tumbuhan paku jika memungkinkan di ambil dari habitatnya
3.
Diamati
bagian-bagian tumbuhan paku
4.
Digambar
bagian-bagian tumbuhan paku yang telah diamati
5.
Diidentfikasi
tumbuhan paku yang telah diamati.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Dicksonia antarctica
|
Gambar hasil Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
![]() |
![]()
Flickler,
2012
|
Keterangan:
1.
Sori
2.
Helaian
daun
3.
Tangkai
daun
4.1.1
klasifikasi
Kingdom : plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Cytheales
Famili
: Dicksoniaceae
Genus
: Dicksonia
Spesies
: Dicksonia antarctica (labill, 1807)
4.1.2 Pembahasan
A.
Struktur
Tubuh
Hasil dari pengamatan yang telah
dilakukan yaitu mengamati jenis tumbuhan paku yang ada pada lokasi pengamatan
ditemukan spesies Dicksonia antarctica dengan ciri-ciri perawakan perdu,
berakar serabut, batang berupa rizoma, berkayu, dan bentuk batang silindris
berwarna coklat kehitaman. Daun pada spesies ini bersifat makrofil yaitu daun
yang berukuran besar, bertangkai, bertulang daun dan setiap peruratan terdapat
sorus didaun bagian bawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iqbal (2008) Daun makrofil (daun besar),
ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun, dan bercabang-cabang serta
sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik. Daun berupa daun tunggal
dan letaknya menempel pada cabang, berselang-seling, tidak memiliki stipula,
helaian daun memanjang, dengan tepi bertoreh, bentuk pangkal bulat telur, ujung
daun runcing permukaannya kasar dan pertulangannya menyirip.
Menurut Muspiroh (2010) menjelaskan
mengenai ciri-ciri tumbuhan paku diantaranya yaitu: Struktur tubuh terdiri atas
akar, batang dan daun. Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut
yang bagian ujungnya dilindungi dengan kaliptra. Dalam pengamatan juga terlihat
spora berwarna coklat, yang terdapat di daun bagian bawah dan tumbuh mengikuti
arah peruratan daun.
B.
Reproduksi
Reproduksi spesies Dicksonia antarctica dengan cara aseksual
yaitu menghasilkan spora. Dimana letak spora di daun bagian bawah dan mengikuti
peruratan daun. Menurut Campbell, (1999) Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku terjadi seperti
pada lumut. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara
generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku,
generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
C.
Habitat
Dicksonia antarctica
merupakan salah satu dari tumbuhan paku sejati (pteropsida) yaitu sebagian
besar hidup di darat pada daerah tropis dan subtropis. Banyak terdapat di
hutan, tempat lembab, lereng hutan dll.
D.
Manfaat
Manfaat spesies Dicksonia
antarctica dapat digunakan sebagai sumber makanan dengan cara dimasak dan
dapat dijadikan tepung.
4.2 Adiantum Capillus-Veneris
|
Gambar hasil pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
![]()
Thomas Robertson (1915)
|
Keterangan:
1.
Helaian
daun
2.
Cabang
batang
3.
Akar
serabut
4.
Batang
4.2.1 klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Polypodiales
Famili
: pteridaceae
Genus
: Adiantum
Spesies
: Adiantum capillus-veneris
Thomas Robertson
(1915)
4.2.2
Pembahasan
A.
Struktur Tubuh
Hasil
dari pengamatan mengenai spesies Adiantum capillus-veneris
memperlihatkan bahwa perawakan perdu, berakar serabut. Batang berkayu, arah
tumbuh kesamping, batang berbentu bulat dengan percabangan dikotom berwarna
coklat kehitam-hitaman. Daun menempel pada batang, tunggal, filotaksisnya
berselang-seling dan tidak mempunyai stipula, tepi berlekuk, pangkalnya
meruncing, ujung daun berlekuk, permukaan halus, pertulangan daun menyirip
peruratannya sampai ke tepi, tekstur daun halus dan seperti selaput.
Menurut
Muspiroh (2010) menjelaskan tentang ciri-ciri tumbuhan paku yaitu struktur
tubuhnya terdiri atas akar, batang dan daun. Akarnya rizoid yang bersifat
seperti akar serabut yang ujungnya dilindungi oleh kaliptra. Pada umunya batang
tidak tampak karena terdapat di dalam tanah yaitu berupa rimpang, menjalar, dan
sedikit yegak. Hal ini sesuai dengan pengamatan yaitu bagian batang terdapat di
dalam tanah dan bersamaan dengan tumbuhnya akar.
B.
Reproduksi
Reproduksi
spesies Adiantum capillus-veneris dengan aseksual yaitu menghasilkan
spora yang terdapat di tepi daun bagian bawah. Pteridophyta
ini bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dan seksual (generatif).
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan spora melalui pembelahan
meiosis sel induk spora yang terdapat di dalam sporangium (kotak spora). Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya
pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada
tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur
hidupnya. Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora
(Campbell, 1999)
C.
Habitat
Habitat spesies
ini hidup di daerah tropis dan subtropis. Bayak ditemukan di hutan, lereng
hutan, dan daerah lembab lainnya.
D.
Manfaat
Spesies
Adiantum capillus-veneris banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Karena perawakannya yang mudah ditanam dan tidak banyak memakan tempat untuk
tumbuh. Selain sebagai tanaman hias dalam jurnal of Advanced Scientific Research dijelaskan bahwa penelitian mengenai
daun Adiantum capilus-veneris dapat digunakan sebagai obat. Yaitu dengan
diselidiki ekstrak fitokimianya yang dapat bermanfaat sebagai antibekteri,
antivirus, hipoglikemik, dll.
4.3 Adiantum
Flabellulatum
|
Gambar Hasil Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
![]()
(Doudou, 2007)
|
Keterangan:
1.
Helaian
daun
2.
Cabang
batang
3.
Batang
4.
Akar
serabut
4.3.1 klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Ordo
: Polypodiales
Famili
: pteridaceae
Genus
: Adiantum
Spesies
: Adiantum flabellulatum (Bedd, 1753)
4.3.2 Pembahasan
A. Struktur Tubuh
Hasil dari pengamatan yang telah
dilakukan pada spesies Adiantum flabellulatum memperlihatkan bahwa
spesies ini memiliki perawakan perdu. Berakar serabut, berbatang kayu tumbuhnya
ke samping, bentuk bulat, berwarna coklat kehitam-hitaman dan kasar, cabang
monopodial. Letak daun menempel pada cabang, berselang-seling, dan tidak
memiliki stipula, daun tunggal, bentuk helai memanjang, tepi bergerigi, pangkal
meruncing, ujung daun runcing, permukaan kasar dan pertulangan menyirip,
peruratan sampai ke tepi, teksturnya kasar dan terdapat crozier. Spora terdapat
di bagian bawah tepi daun.
Pengamatan sesuai dengan penjelasan
muspiroh (2010) mengenaii ciri-ciri tumbuhan paku yaitu terdiri atas bagian
akar, batang dan daun. Akar beripa rizoid yang bersifat sepertii akar serabut
yang diujungnya dilindungi oleh kaliptra. Batang tidak tampak yaitu tumbuh di
bawah tanah. Pada pengamatan juga terlihat saat diamati yaitu terdapat batang
dibagian bawah yang tumbuh dekat dengan akar.
B. Reproduksi
Pteridophyta ini bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dan
seksual (generatif). Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan
spora melalui pembelahan meiosis sel induk spora yang terdapat di dalam
sporangium (kotak spora). Spora akan tumbuh menjadi gametofit. Selain melalui
pembentukan spora, reproduksi secara aseksual juga dapat dilakukan dengan
rizom. Dimana rizom akan tumbuh menjalar dan membentuk tunas-tunas tumbuhan
paku yang berkoloni (bergerombol). Reproduksi seksual terjadi melalui
fertilisasi ovum oleh spermatozoid berflagel yang menghasilkan zigot. Zigot
tersebut akan tumbuh menjadi sporofit. Dalam siklus hidupnya, tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) antara generasi gametofit yang berkromosom haploid (n) dan
generasi sporofit yang berkromosom diploid (2n). Generasi sporofit hidup lebih
dominan atau memiliki masa hidup yang lebih lama dibanding generasi gametofit
(Campbell,1999).
Metagenesis
siklus hidup tumbuhan paku Homospora:
1. Spora berkromosom haploid
(n) bila jatuh di habitat yang cocok untuk hidup maka akan dapat melakukan
perkecambahan, sel-selnya membelah secara mitosis dan tumbuh menjadi protalium
(gametofit) yang bersifat haploid (n)
2. Protalium kemudian
membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium)
yang haploid (n)
3. Anteridium menghasilkan
spermatozoid berflagel (n) dan arkegonium menghasilkan ovum (n)
4. Spermatozoid (n) membuahi
ovum (n) di dalam arkegonium yang kemudian berkembang menjadi zigot yang
diploid (2n)
5. Zigot (2n) akan mengalami
pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi tumbuhan paku (sporofit) yang
haploid (2n). Tumbuhan paku kemudian tumbuh keluar dari arkegonium induknya
6. Sporofit
(tumbuhan paku) dewasa menghasilkan sporofil (2n) atau disebut
daun
penghasil spora
7. Sporofil
(2n) memiliki sporangium (2n). Di dalam sporangium terdapat sel induk spora
berkromosom diploid (2n). Sel induk spora (2n) mengalami pembelahan meiosis dan
menghasilkan spora yang haploid (n). berikut adalah skema metagenesis
siklus hidup tumbuhan paku heterospora:

Skema siklus hidup tumbuhan paku homospora
C. Habitat
Habitat spesies Adiantum flabellulatum yaitu hidup di tempat
tropis dan sub tropis. Banyak ditemukan didaerah-daerah lembab seperti hutan,
lereng-lereng hutan, dan daerah lembab lainnya.
D. Manfaat
Spesies ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Selain
sebagai tanaman hias spesies dari genus Adiantum juga bermanfaat sebagai
tanaman obat, sebagaimana dijelaskan oleh Muspiroh (2010) yaitu: Adiantum sp merupakan salah satu
tanaman yang dimanfaatkan sebagai penghasil obat-obatan.
BAB V
PENUTUP
5.1
kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1.
Beberapa
spesies yang ditemukan di Coban Pelangi diantaranya yaitu: Dicksonia
antarctica, Adiantum Capillus-Veneris, Adiantum flabellulatum
2.
Ciri-ciri
dari spesies Dicksonia antarctica yaitu perawakan
perdu, berakar serabut, batang berupa rizoma, berkayu, dan bentuk batang silindris
berwarna coklat kehitaman. Daun pada spesies ini bersifat makrofil yaitu daun
yang berukuran besar, bertangkai, bertulang daun dan setiap peruratan terdapat
sorus didaun bagian bawah. Ciri-ciri dari Adiantum capillus-veneris
yaitu perawakan perdu, berakar serabut. Batang berkayu,
arah tumbuh kesamping, batang berbentu bulat dengan percabangan dikotom
berwarna coklat kehitam-hitaman. Daun menempel pada batang, tunggal,
filotaksisnya berselang-seling. Adiantum flabellulatum yaitu perawakan perdu. Berakar
serabut, berbatang kayu tumbuhnya ke samping, bentuk bulat, berwarna coklat
kehitam-hitaman dan kasar, cabang monopodial. Letak daun menempel pada cabang,
berselang-seling
3.
Manfaat
tumbuhan paku diantaranya yaitu: digunakan sebagai tanaman hias, tanaman
obat-obatan, dan juga bisa digunakan sebagai objek penelitian dalam bidang
akademik dan lain-lain.
5.2
Saran
Diharapkan
pada saat mengidentifikasi tumbuhan lebih diperhatikan agar tidak ada
kerancuanm saat identifikasi dan lebih mudah untuk dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Ansari et al.
2012. Adiantum capillus-veneris. L: Phytochemical Constuens, Traditional Use
and Pharmacological Properties: A Review. Journal of Advanced Scientific
Research. 3(4):15-20
Campbell,
Neil A. Dkk. 1999.Biologi edisi kelima jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Iqbal.2008. Sistematika
Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
John w. Kimball
dkk. 2006. Biologi jilid 3. Jakarta: Erlangga
Muspiroh,
Novyanti, dkk. 2010. Buku Panduan Praktikum Taksonomi Tumbuhan 1 (Cyptogamae). Cirebon: Pusat
Laboratorium IAIN Syakh Nurjati
Nurchayati, Nunuk. 2010. Hubungan
Kekerabatan beberapa Spesies Tumbuhan Paku Familia Polypodiaceae ditinjau dari Karakter Morfologi Sporofit dan
gametofit. Jurnal ilmiah Progressif, Vol. 7 No. 19
Prawiro,
Hartono. 2007. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara
Tjitrosoepomo,Gembong.2000.
Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar