Studi
Identifikasi Keanekaragaman Mikroalga pada Perairan Waduk Selorejo Kecamatan
Ngantang, Malang
Qonita
Wardatul Jannah*, Zainuna Zuhro*, Ainun Nikmaty Laily**
*)Mahasiswa
Fakultas Sains dan Teknologi
**)Dosen
Fakultas Sains dan Teknologi
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman mikroalga yang ada di Waduk
Selorejo, Malang Selatan, Malang Jawa Timur. Manfaat dilaksanakan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman mikroalga pada perairan Waduk
Selorejo, sebagai sumber informasi penelitian yang belum banyak dikaji. Metode
penelitian yaitu dengan membagi 2 stasiun, stasiun 1 lokasi dekat dengan
daratan dan stasiun 2 lokasi di tengah-tengah perairan waduknya. Hasil penelitian
menunjukan bahwa keanekaragaman mikroalga yang terdapat di Waduk Selorejo cu͙kup
padat dengan ditemukannya lebih dari 5 spesies yang belum diketahui namanya dan
5 spesies yang sudah di ketahui namanya. Diantaranya yaitu: Ceratium sp, Staurodesmus sp, Spirogyra sp, Cylintrotheca sp, dan Anabaena.
Spesies lebih mendominasi ditemukan di stasiun 2 yaitu Ceratium sp dan Cylintrotheca
sp.
Kata
kunci: Mikroalga, Waduk selorejo, Fitoplankton
I.
PENDAHULUAN
Waduk selorejo merupakan suatu perairan atau waduk
yang berada di Desa Selorejo kecamatan Ngantang, Malang Selatan, Malang Jawa
Timur. Sebelah utara desa ini berbatasan dengan Bendungan Selorejo dan wilayah
desa Mulyorejo, sebelah selatan dengan desa Ngantru dan gunung Kelud, serta
sebelah barat dengan desa Pandansari dan terletak sekitar 48 km dari pusat kota
Malang. Bendungan yang dikelola oleh PT. Jasa Tirta ini utamanya digunakan
sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA dan dikelola sebagai tempat
wisata. Mata pencaharian sebagian besar Penduduk adalah Bertani, pegawai,
peternak Sapi perah, buruh Pabrik Rokok yaitu Sampoerna / Dji Sam Soe, dan
Pedagang.
Banyaknya aktivitas dari penduduk sekitar yang
menyangkut perairan waduk, maka kualitas air waduk pun dapat terganggu. Sehingga
menyebabkan banyak tumbuh organisme-organisme air seperti mikrolaga.
Mikroalga merupakan mikroorganisme aquatik fotosintetik
berukuran mikroskopik, yang dapat
ditemukan di dalam air tawar dan air laut, paling tidak terdapat pada lokasi
yang lembab, serta melakukan proses fotosintesis untuk membuat makanannya
sendiri karena termasuk ke dalam jenis makhluk hidup fotoautotrof. Mikroalga
merupakan jenis sel tunggal yang terpisah menyendiri atau berkelompok. Tergantung
pada jenisnya, ukuran mereka dapat terbentang beberapa mikrometer (µm) hingga
beberapa ratus mikrometer. Tidak sama dengan tumbuhan lain, mikroalga tidak
mempunyai akar, batang dan daun (Winahyu, 2013)
Mikroalga mampu untuk melakukan fotosintesis, mereka
menghasilkan oksigen dimana pada waktu yang sama mereka mengambil
karbondioksida di lingkungannya sehingga mengurangi efek rumah kaca dan
meminimalisasi terjadinya global warming (Winahyu, 2013)
Fitoplankton merupakan mikroorganisme nabati yang
hidup melayang di dalam air, relatif tidak mempunyai daya gerak sehingga
keberadaanya dipengaruhi oleh gerakan air, serta mampu berfotosintesis.
Kemampuan fitoplankton melakukan fotosintesis karena sel tubuhnya mengandung
klorofil. Klorofil berfungsi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organik
dengan bantuan sinar matahari. Zat organik yang dihasilkan dipergunakan untuk
kebutuhan dirinya sendiri dan untuk kebutuhan organisme lainnya (Davis, 1955)
Menurut Reynold (1984), fitoplankton yang hidup di
air tawar terdiri dari tujuh kelompok besar filum, yaitu: Cyanophyta (alga biru), Cryptophyta,
Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta, Pyrrhophyta (dinoflagellates), Raphydophyta
dan Euglenophyta.
Menurut Praseno dan Adnan (1984) dalam Fachrul
(2008), kelimpahan fitoplankton yang terkandung di dalam air akan menentukan
kesuburan suatu perairan. Oleh karena itu, fitoplankton dapat digunakan sebagai
jenis bioindikator dari kondisi lingkungan perairan.
Keberadaan
fitoplankton di suatu daerah juga dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia, dan
biologi perairan di daerah tersebut (Odum, 1993). Welch (1952), menyatakan
bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kelimpahan fitoplankton
dalam suatu perairan adalah arus, kandungan unsur hara, predator, suhu,
kecerahan, kekeruhan, pH, gas-gas terlarut, maupun kompetitor, pada beberapa
penelitian, fitoplankton sering dijumpai perbedaan jenis maupun jumlahnya pada
daerah yang berdekatan, meskipun berasal dari massa air yang sama. Pada
perairan sering didapatkan kandungan fitoplankton yang sangat melimpah, namun
pada suatu stasiun di dekatnya kandungan fitoplankton sangat sedikit (Davis,
1995).
Pada dasarnya keberlangsungan hidup
ganggang mikro dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yaitu intensitas cahaya,
suhu, hara, salinitas dan pH. Sebagai organisme fotoautotrof, ganggang mikro
tergantung pada ketersediaan cahaya agar bisa melakukan proses fotosintesis.
Intensitas cahaya dapat mempengaruhi akivitas ganggang mikro (Rastika, 2011)
II.
METODE
PENELITIAN
2.1 Waktu
dan Tempat
Penelitian
dilaksanakan pada hari Senin sampai Selasa, 22-23 September 2014, dimana
pengambilan sempel dilaksanakan pada hari Senin pukul 15.00-15.30 WIB di
Perairan Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur.
Identifikasi dilaksanakan pada hari Selasa pukul 09.00-11.30 di Laboratorium
Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang.
2.2 Sampling
Plankton
Pengambilan
sampel dilakukan pada sore hari pukul 15.00-15.30 WIB dengan mengambil air waduk
menggunakan plankton net dikedalaman 57 cm dan 65 cm yang diukur dengan secchi
dish. Sampling dilakukan di dua stasiun, stasiun 1 merupakan perairan dekat dengan
daratan dan stasiun 2 perairan di tengah waduk. Sampel yang diambil diberi
perlakuan yang berbeda yaitu, sampel pertama diberi perlakuan dengan disaring
menggunakan plankton net kemudian di campur dengan aquades hingga mencapai 25
ml dan diawetkan dengan formalin 4% sebanyak 10 ml, sampel kedua disaring
menggunakan plankton net kemudian dicampur dengan air waduk asli hingga
mencapai 25 ml dan diawetkan dengan formlain 4% sebanyak 10 ml kemudian sampel
ketiga dengan metode endapan yaitu dengan mengambil air sampel sebanyak 1,5 L
yang diawetkan dengan formalin 4% sebanyak 24 tetes, sampel disimpan dalam suhu
rendah selama 15 jam. Posisi dan karekter perairan meliputi suhu, pH, salinitas,
intensitas cahaya dicatat pada setiap stasiun sampling.
2.3 Identifikasi
Plankton
Identifikasi
plankton dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler perbesaran 40x10
dengan mengambil 1 tetes pada masing-masing sampel kemudian di teteskan pada
permukaan objek glass dan di tutup dengan cover glass selanjutnya diamati di
bawah mikroskop sampai ditemukannya bayangan mikroalga pada lensa okuler
kemudian diambil gambarnya dan diidentifikasi.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
identifikasi mikroalga yang ditemukan yaitu sebanyak 5 genus, diantaranya: Ceratium sp, Staurodesmus sp, Spirogyra sp, Cylintrotheca sp, dan Anabaena,
dimana Ceratium sp, dan Spirogyra sp ditemukan pada stasiun 1.
Sedangkan Staurodesmus sp, Cylintrotheca
sp, dan Anabaena ditemukan di stasiun 2.
3.1 Ceratium sp
Gambar Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
![]() |
![]()
Sumber:
(Tomas, 1996)
|
Klasifikasi:
Kingdom : Protista
Phylum :
Protozoa
Kelas : Phytomastigophorea
Ordo : Dinoflagellida
Family : Ceratideae
Genus : Ceratium
Spesies : Ceratium
sp
Ciri morfologinya yaitu bentuk ujung yang meruncing
dan bentuk bawahnya mempunyai 2 kaki, bersel
tunggal. Menurut Sulisetijono (2009)
Pigmen yang terdapat pada kelompok ini adalah klorofil a dan c, karotenoid
yaitu peridin dan neoperidin. Cadangan makanan adalah amilum terdapat dalam
sitoplasma. Alat geraknya berupa 2 flagel, satu melingkar dan yang lain ke arah
posterior. Dalam sel-sel
hidup Ceratium memiliki dua flagela, ketukan flagel melintang dalam gerakan
spiral, dan pulsa flagela longitudinal pada gelombang. Alur di mana flagela
mengoperasikan secara jelas pada spesies ini. Sistem reproduksinya yaitu secara vegetatif dengan
fragmentasi yang dilakukan pada yang berbentuk filamen (Dinothrix)
pembelahannya Ceratium ini mendapat
sebagian dinding dari sel induk. Secara gametiknya yaitu Anisogami zoogami.
Ceratium adalah organisme yang relatif tidak berbahaya.
Mereka tidak beracun dan diperlukan untuk jaring makanan. Namun, Ceratium dapat
menyebabkan pasang merah jika kondisi memungkinkan untuk mekar berlebihan.
Sementara pasang merah ini tidak beracun, dan dapat menguras sumber daya di lingkungannya, dan
menyebabkan ketegangan pada ekosistem. Secara umum meskipun, Ceratium merupakan komponen
penting dari habitat mereka. Mereka tidak melayani hanya sebagai nutrisi bagi
organisme yang lebih besar, tetapi mereka tetap organisme kecil di cek melalui
predasi. Ceratium
adalah mixotrophis yaitu memperoleh makanan melalui fotosintesis dan
fagositosis (Tomas, 1996)
3.2 Staurodesmus sp
Gambar Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
![]() |
![]()
Sumber:
(Teiling, 1967)
|
Klasifikasi:
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa : Zygnematales
Suku : Zygnemataceae
Marga : Staurodesmus
Jenis : Staurodesmus
sp.
Unicells atau sel longgar
melekat membentuk hifa; sel tubuh bervariasi dalam bentuk, penyempitan di
pusat di sebagian besar spesies; dinding
sel terdiri dari dua bagian atau lebih, dengan pori-pori kecil dan berbagai
ornamen.
Sel soliter, dengan
dangkal atau dalam penyempitan median (sinus) memisahkan
2 semicells, yang
biasanya 3-memancarkan, jarang 2 atau 4-memancarkan dalam pandangan apikal. Setiap sudut
sel dengan stout
tunggal atau tulang kecil, variabel dalam bentuk,
panjang dan lengkungan
dan taksonomi penting.
Dinding sel tempat lain halus namun dengan pori-pori
yang tersebar di mana selubung agar-agar yang
luas sering diproduksi. Kloroplas
satu per semi
sel, aksial
dengan lobus terhadap
setiap sudut sel
dan satu atau dua pyrenoids.
Inti lokal di
tanah genting yang bergabung dengan
semicells. Reproduksi seksual dengan konjugasi antara dua sel. Mature zygospore
biasanya bulat dengan
banyak duri akut pendek atau panjang.
Sebuah zygospore terbentuk
setelah bereproduksi secara seksual
(konjugasi) dan berubah menjadi desmids baru ketika kondisi
memungkinkan. Dua sel kosong
(masing-masing memiliki dua semi sel) dapat dilihat di sebelah kiri dan kanan
zygospore tersebut.
3.3 Spirogyra sp
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
![]() |
![]()
(Sumber:
Smith, 1955)
|
Klasifikasi:
Phylum
: Chlorophyta
Kelas :
Zygnematophyceae
Ordo
:
Zygnematales
Famili :
Zygnemataceae
Genus :
spirogyra
Spesies : Spirogyra
sp.
Spirogyra genus dari ganggang hijau dari ordo Zygnematales. Yang biasa ditemukan
di air tawar. Spirogyra
mampu berfotosintesis, memiliki sel eukariotik. Pigmen utama yang
dikandung alga hijau adalah klorofil. Tubuhnya
berbentuk filamen yang tidak bercabang. Panjang tubuhnya
mencapai 1 kaki (30,48 cm). Benang tersusun oleh protoplasma yang
transparan dan setiap sel memiliki 1 atau lebih kloropas yang memanjang dari ujung ke ujung
berbentuk spiral. Pada kloropas yang berbentuk pita terdapat pirenoid. Pirenoid tersebut dikelilingi oleh
butiran tepung.
Sel spirogyra
memiliki inti yang terletak di tengah, sitoplasmanya terbungkus
oleh dinding sel, serta memiliki vakuola yang besar.
Lapisan gelatin yang tipis
melindungi seluruh sel sehingga memberikan karakter tertentu pada spirogyra.
Pada siang hari, fotosintesis berlangsung cepat dan oksigen yang dihasilkan
disimpan di antara filamen. Pada saat itu, Spirogyra akan naik ke permukaan
air. Pada malam hari, oksigen dilarutkan kembali ke dalam air.
Spirogyra
bereproduksi dengan cara vegetatif
yaitu fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel.
Generatifnya yaitu dengan isogami, anisogami dan oogami (sulisetijono, 2009).
Smith (1955) dalam sulisetijono (2009) menyatakan bahwa sel vegetatif dapat
berfungsi sebagai gamet (hologami). Banyak ditemukan di
kolam air tawar yang jernih dalam massa yang sangat besar, biasanya hidup
melayang di permukaan air (planktofit). Talus pada Spirogyra merupakan filamen
tidak bercabang.
Koloni
Spirogyra berbentuk benang. Panjang sel sampai beberapa kali lebarnya. Dinding
lateral sel terdiri dari tiga lapis. Lapisan terluar dari pektose, dan
dua lapisan dalam dari selulose. Pada beberapa spesies, lapisan pektose tipis,
tapi kebanyakan tebal, yaitu antara 10-15 mikron. Dinding transversal tersusun
dari 3 lapis, yang tengah merupakan lamela dari pektose, dan dua lapisan di
kiri dan kanan lamela tersusun dari selulose. Setiap sel Spirogyra mengandung
sebutir kloroplas yang umumnya berukuran besar dan terikat dalam sitoplasma
tepat di dalam dinding sel. Plastid ini memiliki bentuk
menyerupai pita, berpilin dari pangkal sampai ke ujung sel (spiral). Menurut
sulilisetijono (2009) variasi bentuk kloroplas pada clorophyta bermacam-macam
salah satunya yaitu spiral pada genus Spirogyra.
Pirenoidnya dikelilingi oleh butiran pati dan
terikat dalam plastid
pada selang waktu yang beraturan dan merupakan ciri-ciri menyolok pada
selnya.sitoplasma mengelilingi vakuola besar di pusat. Nukleus dilingkungi
suatu selubung sitoplasma, terdapat di tengah-tengah sel dan dihubung-hubungkan
oleh untaian sitoplasma meluas sampai vakuola dan lapisan sitoplasma di tepi.
Perkembangbiakan aseksual dengan fragmentasi membentuk aplanospora, akinet dan
partenospora. Perkembangbiakan seksual secara konjugasi lateral dan konjugasi
skalar.Spirogyra merupakan fitoplankton yang berfungsi sebagai makanan ikan.
Daerah yang kaya plankton merupakan daerah perairan yang kaya ikan. Spirogyra
merupakan produser primer, yaitu sebagai penyedia bahan organic dan oksigen
bagi hewan-hewan air, seperti ikan, udang, dan serangga air. Keberadaan
produser mengundang kehadiran konsumen, predator, dan organisme lain yang
membentuk ekosistem perairan
3.4 Cylindrotheca
sp
Gambar
Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
![]() |
![]()
Sumber:
(Reimann, 1964)
|
Klasifikasi
Kingdom: Cromista
Filum: Ochrophyta
Kelas:
Bacillariophyceae
Ordo: Bacillariales
Famili:
Bacialliriaceae
Genus: Cylindrotheca
Cylindrotheca hidup soliter dan bentuknya
khas seperti jarum, tipis memanjang. Ujung sel cenderung akan ditarik keluar
dari bagian tengah. Katup, termasuk kanal keel dan raphe, membungkus di sekitar
satu sama lain, membentuk frustule bengkok. mereka bergerak dengan cara
berputar-putar. Ikat pinggang band sempit dan banyak.
3.5
Anabaena
Gambar Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
![]() |
![]()
Sumber:
(Mizuno, 1969)
|
Klasifikasi:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanophyta
Class : Cyanophyceae
Order : Oscillatoriales
Family : Nostocaceae
Genus : Anabaena
Sel-sel Anabaena sp. berbentuk
seperti manik-manik yang tersusun dalam filamen yang lurus, bengkok, atau
hampir menggulung. Sel Anabaena berukuran 6-10 μm (Mizuno, 1969: 118). Anabaena
memiliki sel khusus heterosista, yaitu sel yang berukuran lebih besar dari sel
biasa yang berperan dalam penambatan nitrogen dari udara, sehingga dapat
membantu pertumbuhan tanaman danseringkali bersimbiosis dengan Pakis Haji
(Cycas rumphii) dan paku air (Azolla pinnata)(Tjitrosoepomo, 2005).
Bori, 1822 dalam Sulisetijono (2009) menyatakan
bahwa Filamen Anabaena ada yang sendirian, atau membentuk koloni di dalam
‘lendir’ yang berlapis-lapis dan mengapungb bebas. Bentuk trichome relatif
stabil. Trichome ada yang memiliki ketebalan sama dari ujung ke ujung, atau
meruncing pada ujung-ujungnya, lurus atau tidak. Setiap trichome dilapisi
selubung itu sendiri. Sel berbentuk bola atau seperti tong, jarang yang
membentuk silindris. Protoplasma bersifat homogen, ada juga yang bergranula,
atau berisi sejumlah pseudovakuola. Protoplasma berwarna abu-abu, biru
kehijauan, dan ada yang warnanya macam-macam. Heterokista pada umumnya terletak
di tengah-tengah atau dekat ujung filamen. Akinet berkembang di dekat
heteroksta, tunggal atau beberapa dalam deretan. Ukuran akinet selalu lebih
besar dari sel vegetatif, bentuknya silindris dengan ujung membulat.
Anabaena adalah genus cyanobakteria filamentous atau
ganggang hijau-biru, ditemukan sebagai plankton. Anabaena diketahui berperan
dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan
tanaman tertentu seperti pakupakuan. terdapat satu dari 4 genera dari
cyanobacteria yang menghasilkan neurotoxin,yang membahayakan margasatwa lokal
seperti halnya hewan ternak dan hewan peliharaan. Spesies tertentu dari
Anabaena telah digunakan dalam pertanaman padi sawah, sebagai penyedia pupuk
alami yang efektif.
IV.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Keanekaragaman mikroalga pada perairan waduk
Selorejo kecamatan Ngantang kabupaten Malang tergolong padat karena dari
penelitian yang telah dilakukan terdapat lebih dari 5 genus ditemukan dan belum
diketahui nama spesiesnya. Yang diketahui hanya ada 5 genus yaitu. Ceratium sp, Staurodesmus sp, Spirogyra sp, Cylindritheca sp, dan Anabaena,
dengan Ceratium sp dan Cylindritheca sp yang mendominasi
perairannya.
5.2
Saran
Diharapkan penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan
lebih spesifik mengenenai peranan mikroalga agar nantinya dapat digunakan
sebagai reverensi yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng,
P. 2005. Distribusi Spasial dan Struktur Komunitas Plankton di Situ Rancabungur
kabupaten Subang Jawa Barat. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Jurusan Perikanan. UNPAD Jatinagor
Davis,
C. C. 1995. The Marine and Fresh Water
Plankton. Michigan: Michigan State University Press.
Fachrul, F.M.
2008. Metode Sampling Bioekologi.
Jakarta: Bumi aksara.
Gorokhova,
Elena And Jonna E, 2009. Toxin
Concentration In Nodularia Spumigena Is Modulated By Mesozooplankton Grazers.
Department Of Systems Ecology, Stockholm University, Se-10691 Stockholm, Sweden
And Aronia Coastal Zone Research Team, A ° Bo Akademi University And Novia
University Of Applied Sciences, Raseborgsva¨ Gen 9, Fi-10600 Ekena¨ S, Finland.
Haumahu,
S. 2004. Distribusi Spasial Fitoplankton di Teluk Ambon Bagian Dalam. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan.
Universitas Pattimura. 8 Halaman
Rastika,
RN, 2011. BAB II Tinjauan Pustaka.
Bogor: IPB Press
Reimann,
B.E.F. & Lewin, J.C. (1964). The diatom genus Cylindrotheca
Rabenhorst. Journal of the Royal Microcopical Society, Series 3 83(3):
283-296.
Reynolds, C. S. 1984. The Ecology ‘of Freshwater Phytoplankton. New York: Cambridge
University Press.
Smith,
GM. 1955. Cryptogamic Botany Vol.1 .Algae dan fungi. Mc. Graw-Hill. Book
Company. Tokyo
Sulisetijono,
2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN
Press
Teiling, E. (1967). The desmid genus Staurodesmus.
A taxonomic study. Archiv für Botanik 6: 467-629.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan
Scizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: UGM Press
Tomas.
1996. Mikrobewiki Britannica. Ensiklopedia online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar