Jumat, 26 Desember 2014

Jurnal identifikasi mikroalga waduk Selorejo



Studi Identifikasi Keanekaragaman Mikroalga pada Perairan Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang, Malang
Qonita Wardatul Jannah*, Zainuna Zuhro*, Ainun Nikmaty Laily**
*)Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
**)Dosen Fakultas Sains dan Teknologi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman mikroalga yang ada di Waduk Selorejo, Malang Selatan, Malang Jawa Timur. Manfaat dilaksanakan penelitian ini yaitu untuk mengetahui keanekaragaman mikroalga pada perairan Waduk Selorejo, sebagai sumber informasi penelitian yang belum banyak dikaji. Metode penelitian yaitu dengan membagi 2 stasiun, stasiun 1 lokasi dekat dengan daratan dan stasiun 2 lokasi di tengah-tengah perairan waduknya. Hasil penelitian menunjukan bahwa keanekaragaman mikroalga yang terdapat di Waduk Selorejo cu͙kup padat dengan ditemukannya lebih dari 5 spesies yang belum diketahui namanya dan 5 spesies yang sudah di ketahui namanya. Diantaranya yaitu: Ceratium sp, Staurodesmus sp, Spirogyra sp, Cylintrotheca sp, dan  Anabaena. Spesies lebih mendominasi ditemukan di stasiun 2 yaitu Ceratium sp dan Cylintrotheca sp.
Kata kunci: Mikroalga, Waduk selorejo, Fitoplankton

I.                   PENDAHULUAN
Waduk selorejo merupakan suatu perairan atau waduk yang berada di Desa Selorejo kecamatan Ngantang, Malang Selatan, Malang Jawa Timur. Sebelah utara desa ini berbatasan dengan Bendungan Selorejo dan wilayah desa Mulyorejo, sebelah selatan dengan desa Ngantru dan gunung Kelud, serta sebelah barat dengan desa Pandansari dan terletak sekitar 48 km dari pusat kota Malang. Bendungan yang dikelola oleh PT. Jasa Tirta ini utamanya digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA dan dikelola sebagai tempat wisata. Mata pencaharian sebagian besar Penduduk adalah Bertani, pegawai, peternak Sapi perah, buruh Pabrik Rokok yaitu Sampoerna / Dji Sam Soe, dan Pedagang.
Banyaknya aktivitas dari penduduk sekitar yang menyangkut perairan waduk, maka kualitas air waduk pun dapat terganggu. Sehingga menyebabkan banyak tumbuh organisme-organisme air seperti mikrolaga.
Mikroalga merupakan mikroorganisme aquatik fotosintetik berukuran  mikroskopik, yang dapat ditemukan di dalam air tawar dan air laut, paling tidak terdapat pada lokasi yang lembab, serta melakukan proses fotosintesis untuk membuat makanannya sendiri karena termasuk ke dalam jenis makhluk hidup fotoautotrof. Mikroalga merupakan jenis sel tunggal yang terpisah menyendiri atau berkelompok. Tergantung pada jenisnya, ukuran mereka dapat terbentang beberapa mikrometer (µm) hingga beberapa ratus mikrometer. Tidak sama dengan tumbuhan lain, mikroalga tidak mempunyai akar, batang dan daun (Winahyu, 2013)
Mikroalga mampu untuk melakukan fotosintesis, mereka menghasilkan oksigen dimana pada waktu yang sama mereka mengambil karbondioksida di lingkungannya sehingga mengurangi efek rumah kaca dan meminimalisasi terjadinya global warming (Winahyu, 2013)
Fitoplankton merupakan mikroorganisme nabati yang hidup melayang di dalam air, relatif tidak mempunyai daya gerak sehingga keberadaanya dipengaruhi oleh gerakan air, serta mampu berfotosintesis. Kemampuan fitoplankton melakukan fotosintesis karena sel tubuhnya mengandung klorofil. Klorofil berfungsi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organik dengan bantuan sinar matahari. Zat organik yang dihasilkan dipergunakan untuk kebutuhan dirinya sendiri dan untuk kebutuhan organisme lainnya (Davis, 1955)
Menurut Reynold (1984), fitoplankton yang hidup di air tawar terdiri dari tujuh kelompok besar filum, yaitu: Cyanophyta (alga biru), Cryptophyta, Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta, Pyrrhophyta (dinoflagellates), Raphydophyta dan Euglenophyta.
Menurut Praseno dan Adnan (1984) dalam Fachrul (2008), kelimpahan fitoplankton yang terkandung di dalam air akan menentukan kesuburan suatu perairan. Oleh karena itu, fitoplankton dapat digunakan sebagai jenis bioindikator dari kondisi lingkungan perairan.
Keberadaan fitoplankton di suatu daerah juga dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia, dan biologi perairan di daerah tersebut (Odum, 1993). Welch (1952), menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan adalah arus, kandungan unsur hara, predator, suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, gas-gas terlarut, maupun kompetitor, pada beberapa penelitian, fitoplankton sering dijumpai perbedaan jenis maupun jumlahnya pada daerah yang berdekatan, meskipun berasal dari massa air yang sama. Pada perairan sering didapatkan kandungan fitoplankton yang sangat melimpah, namun pada suatu stasiun di dekatnya kandungan fitoplankton sangat sedikit (Davis, 1995).
Pada dasarnya keberlangsungan hidup ganggang mikro dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yaitu intensitas cahaya, suhu, hara, salinitas dan pH. Sebagai organisme fotoautotrof, ganggang mikro tergantung pada ketersediaan cahaya agar bisa melakukan proses fotosintesis. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi akivitas ganggang mikro (Rastika, 2011)
II.                METODE PENELITIAN
2.1  Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada hari Senin sampai Selasa, 22-23 September 2014, dimana pengambilan sempel dilaksanakan pada hari Senin pukul 15.00-15.30 WIB di Perairan Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur. Identifikasi dilaksanakan pada hari Selasa pukul 09.00-11.30 di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2.2  Sampling Plankton
Pengambilan sampel dilakukan pada sore hari pukul 15.00-15.30 WIB dengan mengambil air waduk menggunakan plankton net dikedalaman 57 cm dan 65 cm yang diukur dengan secchi dish. Sampling dilakukan di dua stasiun, stasiun 1 merupakan perairan dekat dengan daratan dan stasiun 2 perairan di tengah waduk. Sampel yang diambil diberi perlakuan yang berbeda yaitu, sampel pertama diberi perlakuan dengan disaring menggunakan plankton net kemudian di campur dengan aquades hingga mencapai 25 ml dan diawetkan dengan formalin 4% sebanyak 10 ml, sampel kedua disaring menggunakan plankton net kemudian dicampur dengan air waduk asli hingga mencapai 25 ml dan diawetkan dengan formlain 4% sebanyak 10 ml kemudian sampel ketiga dengan metode endapan yaitu dengan mengambil air sampel sebanyak 1,5 L yang diawetkan dengan formalin 4% sebanyak 24 tetes, sampel disimpan dalam suhu rendah selama 15 jam. Posisi dan karekter perairan meliputi suhu, pH, salinitas, intensitas cahaya dicatat pada setiap stasiun sampling.
2.3  Identifikasi Plankton
Identifikasi plankton dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler perbesaran 40x10 dengan mengambil 1 tetes pada masing-masing sampel kemudian di teteskan pada permukaan objek glass dan di tutup dengan cover glass selanjutnya diamati di bawah mikroskop sampai ditemukannya bayangan mikroalga pada lensa okuler kemudian diambil gambarnya dan diidentifikasi.
III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi mikroalga yang ditemukan yaitu sebanyak 5 genus, diantaranya: Ceratium sp, Staurodesmus sp, Spirogyra sp, Cylintrotheca sp, dan  Anabaena, dimana Ceratium sp, dan Spirogyra sp ditemukan pada stasiun 1. Sedangkan Staurodesmus sp, Cylintrotheca sp, dan  Anabaena ditemukan di stasiun 2.
3.1  Ceratium sp
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Sumber: (Tomas, 1996)
Klasifikasi:
Kingdom        : Protista
Phylum    : Protozoa
Kelas       : Phytomastigophorea                           
Ordo        : Dinoflagellida
Family     : Ceratideae                                                                     
Genus      : Ceratium
Spesies     : Ceratium sp
Ciri morfologinya yaitu bentuk ujung yang meruncing dan bentuk bawahnya mempunyai 2 kaki,  bersel tunggal.  Menurut Sulisetijono (2009) Pigmen yang terdapat pada kelompok ini adalah klorofil a dan c, karotenoid yaitu peridin dan neoperidin. Cadangan makanan adalah amilum terdapat dalam sitoplasma. Alat geraknya berupa 2 flagel, satu melingkar dan yang lain ke arah posterior.  Dalam sel-sel hidup Ceratium memiliki dua flagela, ketukan flagel melintang dalam gerakan spiral, dan pulsa flagela longitudinal pada gelombang. Alur di mana flagela mengoperasikan secara jelas pada spesies ini. Sistem reproduksinya yaitu secara vegetatif dengan fragmentasi yang dilakukan pada yang berbentuk filamen (Dinothrix) pembelahannya Ceratium ini mendapat sebagian dinding dari sel induk. Secara gametiknya yaitu Anisogami zoogami.
Ceratium adalah organisme yang relatif tidak berbahaya. Mereka tidak beracun dan diperlukan untuk jaring makanan. Namun, Ceratium dapat menyebabkan pasang merah jika kondisi memungkinkan untuk mekar berlebihan. Sementara pasang merah ini tidak beracun, dan dapat menguras sumber daya di lingkungannya, dan menyebabkan ketegangan pada ekosistem. Secara umum meskipun, Ceratium merupakan komponen penting dari habitat mereka. Mereka tidak melayani hanya sebagai nutrisi bagi organisme yang lebih besar, tetapi mereka tetap organisme kecil di cek melalui predasi. Ceratium adalah mixotrophis yaitu memperoleh makanan melalui fotosintesis dan fagositosis (Tomas, 1996)
3.2  Staurodesmus sp
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Sumber: (Teiling, 1967)
Klasifikasi:
Divisi   : Chlorophyta
Kelas   : Chlorophyceae
Bangsa            : Zygnematales
Suku    : Zygnemataceae
Marga  : Staurodesmus
Jenis    : Staurodesmus sp.
Unicells atau sel longgar melekat membentuk hifa; sel tubuh bervariasi dalam bentuk, penyempitan di pusat di sebagian besar spesies; dinding sel terdiri dari dua bagian atau lebih, dengan pori-pori kecil dan berbagai ornamen.
Sel soliter, dengan dangkal atau dalam penyempitan median (sinus) memisahkan 2 semicells, yang biasanya 3-memancarkan, jarang 2 atau 4-memancarkan dalam pandangan apikal. Setiap sudut sel dengan stout tunggal atau tulang kecil, variabel dalam bentuk, panjang dan lengkungan dan taksonomi penting. Dinding sel tempat lain halus namun dengan pori-pori yang tersebar di mana selubung agar-agar yang luas sering diproduksi. Kloroplas satu per semi sel, aksial dengan lobus terhadap setiap sudut sel dan satu atau dua pyrenoids. Inti lokal di tanah genting yang bergabung dengan semicells. Reproduksi seksual dengan konjugasi antara dua sel. Mature zygospore biasanya bulat dengan banyak duri akut pendek atau panjang.
Sebuah zygospore terbentuk setelah bereproduksi secara seksual (konjugasi) dan berubah menjadi desmids baru ketika kondisi memungkinkan. Dua sel kosong (masing-masing memiliki dua semi sel) dapat dilihat di sebelah kiri dan kanan zygospore tersebut.
3.3  Spirogyra sp
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
(Sumber: Smith, 1955)
Klasifikasi:
Phylum        : Chlorophyta
Kelas             : Zygnematophyceae
Ordo              : Zygnematales
Famili            : Zygnemataceae
Genus            : spirogyra
Spesies         : Spirogyra sp.
Spirogyra genus dari ganggang hijau dari ordo Zygnematales. Yang biasa ditemukan di air tawar. Spirogyra mampu berfotosintesis, memiliki sel eukariotik. Pigmen utama yang dikandung alga hijau adalah klorofil. Tubuhnya berbentuk filamen yang tidak bercabang. Panjang tubuhnya mencapai 1 kaki (30,48 cm). Benang tersusun oleh protoplasma yang transparan dan setiap sel memiliki 1 atau lebih kloropas yang memanjang dari ujung ke ujung berbentuk spiral. Pada kloropas yang berbentuk pita terdapat pirenoid. Pirenoid tersebut dikelilingi oleh butiran tepung.
Sel spirogyra memiliki inti yang terletak di tengah, sitoplasmanya terbungkus oleh dinding sel, serta memiliki vakuola yang besar. Lapisan gelatin yang tipis melindungi seluruh sel sehingga memberikan karakter tertentu pada spirogyra. Pada siang hari, fotosintesis berlangsung cepat dan oksigen yang dihasilkan disimpan di antara filamen. Pada saat itu, Spirogyra akan naik ke permukaan air. Pada malam hari, oksigen dilarutkan kembali ke dalam air.
Spirogyra bereproduksi dengan cara vegetatif yaitu fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel. Generatifnya yaitu dengan isogami, anisogami dan oogami (sulisetijono, 2009). Smith (1955) dalam sulisetijono (2009) menyatakan bahwa sel vegetatif dapat berfungsi sebagai gamet (hologami). Banyak ditemukan di kolam air tawar yang jernih dalam massa yang sangat besar, biasanya hidup melayang di permukaan air (planktofit). Talus pada Spirogyra merupakan filamen tidak bercabang.
Koloni Spirogyra berbentuk benang. Panjang sel sampai beberapa kali lebarnya. Dinding lateral sel terdiri dari tiga lapis. Lapisan terluar dari pektose, dan dua lapisan dalam dari selulose. Pada beberapa spesies, lapisan pektose tipis, tapi kebanyakan tebal, yaitu antara 10-15 mikron. Dinding transversal tersusun dari 3 lapis, yang tengah merupakan lamela dari pektose, dan dua lapisan di kiri dan kanan lamela tersusun dari selulose. Setiap sel Spirogyra mengandung sebutir kloroplas yang umumnya berukuran besar dan terikat dalam sitoplasma tepat di dalam dinding sel. Plastid ini memiliki bentuk menyerupai pita, berpilin dari pangkal sampai ke ujung sel (spiral). Menurut sulilisetijono (2009) variasi bentuk kloroplas pada clorophyta bermacam-macam salah satunya yaitu spiral pada genus Spirogyra.
Pirenoidnya dikelilingi oleh butiran pati dan terikat dalam plastid pada selang waktu yang beraturan dan merupakan ciri-ciri menyolok pada selnya.sitoplasma mengelilingi vakuola besar di pusat. Nukleus dilingkungi suatu selubung sitoplasma, terdapat di tengah-tengah sel dan dihubung-hubungkan oleh untaian sitoplasma meluas sampai vakuola dan lapisan sitoplasma di tepi. Perkembangbiakan aseksual dengan fragmentasi membentuk aplanospora, akinet dan partenospora. Perkembangbiakan seksual secara konjugasi lateral dan konjugasi skalar.Spirogyra merupakan fitoplankton yang berfungsi sebagai makanan ikan. Daerah yang kaya plankton merupakan daerah perairan yang kaya ikan. Spirogyra merupakan produser primer, yaitu sebagai penyedia bahan organic dan oksigen bagi hewan-hewan air, seperti ikan, udang, dan serangga air. Keberadaan produser mengundang kehadiran konsumen, predator, dan organisme lain yang membentuk ekosistem perairan
3.4 Cylindrotheca sp
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Description: E:\IDENTIFIKASI ALGA\fokus\2 ENDAPAN (3) 4.jpg
Description: E:\mikroalga\cylindrotecha.jpg
Sumber: (Reimann, 1964)
Klasifikasi
Kingdom:  Cromista
Filum:  Ochrophyta
Kelas:  Bacillariophyceae
Ordo:   Bacillariales
Famili:  Bacialliriaceae
Genus:   Cylindrotheca
Cylindrotheca hidup soliter dan bentuknya khas seperti jarum, tipis memanjang. Ujung sel cenderung akan ditarik keluar dari bagian tengah. Katup, termasuk kanal keel dan raphe, membungkus di sekitar satu sama lain, membentuk frustule bengkok. mereka bergerak dengan cara berputar-putar. Ikat pinggang band sempit dan banyak.



3.5  Anabaena
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Description: E:\IDENTIFIKASI ALGA\fokus\spesies semuanya\2 ENDAPAN (3) 3.jpg
Description: E:\mikroalga\Anabaena9c2.jpg
Sumber: (Mizuno, 1969)
Klasifikasi:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanophyta
Class : Cyanophyceae
Order : Oscillatoriales
Family : Nostocaceae
Genus : Anabaena
Sel-sel Anabaena sp. berbentuk seperti manik-manik yang tersusun dalam filamen yang lurus, bengkok, atau hampir menggulung. Sel Anabaena berukuran 6-10 μm (Mizuno, 1969: 118). Anabaena memiliki sel khusus heterosista, yaitu sel yang berukuran lebih besar dari sel biasa yang berperan dalam penambatan nitrogen dari udara, sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman danseringkali bersimbiosis dengan Pakis Haji (Cycas rumphii) dan paku air (Azolla pinnata)(Tjitrosoepomo, 2005).
Bori, 1822 dalam Sulisetijono (2009) menyatakan bahwa Filamen Anabaena ada yang sendirian, atau membentuk koloni di dalam ‘lendir’ yang berlapis-lapis dan mengapungb bebas. Bentuk trichome relatif stabil. Trichome ada yang memiliki ketebalan sama dari ujung ke ujung, atau meruncing pada ujung-ujungnya, lurus atau tidak. Setiap trichome dilapisi selubung itu sendiri. Sel berbentuk bola atau seperti tong, jarang yang membentuk silindris. Protoplasma bersifat homogen, ada juga yang bergranula, atau berisi sejumlah pseudovakuola. Protoplasma berwarna abu-abu, biru kehijauan, dan ada yang warnanya macam-macam. Heterokista pada umumnya terletak di tengah-tengah atau dekat ujung filamen. Akinet berkembang di dekat heteroksta, tunggal atau beberapa dalam deretan. Ukuran akinet selalu lebih besar dari sel vegetatif, bentuknya silindris dengan ujung membulat.
Anabaena adalah genus cyanobakteria filamentous atau ganggang hijau-biru, ditemukan sebagai plankton. Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti pakupakuan. terdapat satu dari 4 genera dari cyanobacteria yang menghasilkan neurotoxin,yang membahayakan margasatwa lokal seperti halnya hewan ternak dan hewan peliharaan. Spesies tertentu dari Anabaena telah digunakan dalam pertanaman padi sawah, sebagai penyedia pupuk alami yang efektif.
IV.             PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keanekaragaman mikroalga pada perairan waduk Selorejo kecamatan Ngantang kabupaten Malang tergolong padat karena dari penelitian yang telah dilakukan terdapat lebih dari 5 genus ditemukan dan belum diketahui nama spesiesnya. Yang diketahui hanya ada 5 genus yaitu. Ceratium sp, Staurodesmus sp, Spirogyra sp, Cylindritheca sp, dan  Anabaena, dengan Ceratium sp dan Cylindritheca sp yang mendominasi perairannya.
5.2 Saran
Diharapkan penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan lebih spesifik mengenenai peranan mikroalga agar nantinya dapat digunakan sebagai reverensi yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng, P. 2005. Distribusi Spasial dan Struktur Komunitas Plankton di Situ Rancabungur kabupaten Subang Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Jurusan Perikanan. UNPAD Jatinagor
Davis, C. C. 1995. The Marine and Fresh Water Plankton. Michigan: Michigan State University     Press.
Fachrul, F.M. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi aksara.
Gorokhova, Elena And Jonna E, 2009. Toxin Concentration In Nodularia Spumigena Is Modulated By Mesozooplankton Grazers. Department Of Systems Ecology, Stockholm University, Se-10691 Stockholm, Sweden And Aronia Coastal Zone Research Team, A ° Bo Akademi University And Novia University Of Applied Sciences, Raseborgsva¨ Gen 9, Fi-10600 Ekena¨ S, Finland.
Haumahu, S. 2004. Distribusi Spasial Fitoplankton di Teluk Ambon Bagian Dalam. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan. Universitas Pattimura. 8 Halaman
Rastika, RN, 2011. BAB II Tinjauan Pustaka. Bogor: IPB Press
Reimann, B.E.F. & Lewin, J.C. (1964). The diatom genus Cylindrotheca Rabenhorst. Journal of the Royal Microcopical Society, Series 3 83(3): 283-296.
Reynolds, C. S. 1984. The Ecology ‘of Freshwater Phytoplankton. New York: Cambridge University Press.
Smith, GM. 1955. Cryptogamic Botany Vol.1 .Algae dan fungi. Mc. Graw-Hill. Book Company. Tokyo
Sulisetijono, 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN Press
Teiling, E. (1967). The desmid genus Staurodesmus. A taxonomic study. Archiv für Botanik 6: 467-629.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Tumbuhan Scizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: UGM Press
Tomas. 1996. Mikrobewiki Britannica. Ensiklopedia online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar