Kuliah Kerja Lapangan di Yogyakarta
LAPORAN KKL
Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Pabrik Gula
Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
Jurusan Biologi

Disusun oleh :
Sayidah Ifadatul Ummah
(13620075)
Nadia Alfa Sakinah (13620076)
Qonita Wardatul Jannah
(13620077)
Moh. Yajid Bastomi (13620078)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
DAFTAR ISI
Halaman
Judul...................................................................................................................i
Halaman
Pengesahan ........................................................................................................ii
Kata
Pengantar...................................................................................................................iii
Daftar
Isi............................................................................................................................iv
BAB
I : PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar
Belakang.................................................................................................4
1.2 Identifikasi
Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................6
1.4 Kegunanan
Laporan KKL...............................................................................7
1.5 Kerangka
Pemikiran........................................................................................8
1.6 Metode
Penelitian............................................................................................8
BAB
II : TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................10
2.1 Gula................................................................................................................10
2.2 Alkohol...........................................................................................................11
2.3 LIPI.................................................................................................................11
2.4 Pengalengan....................................................................................................12
2.5 Pupuk Organik................................................................................................13
BAB
III : PEMBAHASAN..............................................................................................14
3.1 PG MADUKISMO.........................................................................................14
3.2
Produk Hasil Olahan UPT BPPTK
LIPI.........................................................21
BAB
IV :
PENUTUP........................................................................................................29
4.1
Kesimpulan.....................................................................................................29
4.2
Saran...............................................................................................................30
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................31
LAMPIRAN.....................................................................................................................32
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Kuliah Kerja Lapangan di Yogyakarta
Sub Judul : Pabrik Gula Madukismo Bantul
UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul
Nama : Sayidah
Ifadatul Ummah
NIM : (13620075)
Nama : Nadia Alfa Sakinah
NIM : (13620076)
Nama : Qonita Wardatul Jannah
NIM : (13620077) :
Nama :Moh. Yajid Bastomi
NIM :(13620078)
Malang,23 April 2014
Menyetujui,
Pembimbing, Mahasiswa,
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Moch. Yajid
Bastomi
NIP. NIM.13620078
Disahkan oleh,
Instansi Tempat
KKL Ketua Jurusan ...,
Jabatan
Nama Nama
NIP. NIP.
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan hidayah
dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Kuliah
Kerja Lapangan yang dilakukan di Yogyakarta
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penulisan laporan ini, antara lain :
1.
Ainun nikmati laily M,Si. Selaku dosen
pembimbing mata kuliah Teknik Instrumentasi
2.
Zulfan
selaku laboran
3.
Teman-teman yang telah membantu dalam
pembuatan laporan Kuliah Kerja lapangan ini.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt, penulis hanyalah manusia biasa yang
tidak dapat membuat sesuatu yang sempurna sehingga jika ada kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan laporan ini kami selaku penulis mohon maaf kepada
para pembaca serta kritik dan saran mengenai penulisan laporan ini akan kami
terima dengan baik.
Kami selaku penulis sangat berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan dapat menjadi panduan untuk penulisan laporan
selanjutnya.
Malang, April
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran diluar kelas perlu dilakuakan oleh Mahasiswa dengan tujuan supaya Mahasiswa mampu menerapkan teori yang
dipelajari didalam lingkup perkuliahan serta mampu mengintegrasikan antara
teori dan praktik dalam
lapangan, selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan ilmu yang lebih luas sehingga mahasiswa dapat lebih mudah dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari yang
lebih konkret serta menambah kemampuan Mahasiswa dalam bersosialisasi dengan
masyarakat,
Sebagai mahasiswa sudah sepatutnya untuk dapat memperhatikan
dan memahami serta mengaplikasikan pengetahuan secara formal yang didapat selama perkuliah kelak
dalam dunia kerja yang nyata, selain itu diharapkan para Mahasiswa dapat memahami berbagai persoalan yang kemungkinan
dapat terjadi di masa yang akan datang, maka diperlukan sumber daya manusia yang
berkompeten, brekualitas , terampil, dan memahami serta menguasai dunia kerja
sesuai dengan bidangnya (spesialisasi).
Kunjungan yang dilakukan untuk
menambah wawasan kami sebagai mahasiswa adalah melakukan KKL di Pabrik Gula,
Pabrik Spirtus Madukismo, dan UPT BPPTK LIPI
di Yogyakarta , hal tersebut disesuaikan dengan mata kuliah yang diambil
yaitu matakuliah Teknik Instrumentasi.
Pabrik Gula Madukismo merupakan salah satu perusahaan agroindustri berbasis
tebu yang telah berdiri sejak tahun 1955 dan masih tetap eksis keberadaannya
hingga saat ini. Selain menjalankan bisnis inti seperti Pabrik Gula dan Pabrik
Alkohol, PT. Madubaru sebagai pengelola Pabrik Gula Madukismo yang berlokasi di Bantul, Yogyakarta juga telah
mengembangkan program diversifikasiusaha.
Pabrik Gula Madukismo merupakan salah satu perusahaan agroindustri berbasis
tebu yang telah berdiri sejak tahun 1955 dan masih tetap eksis keberadaannya
hingga saat ini. Selain menjalankan bisnis inti seperti Pabrik Gula dan Pabrik
Alkohol, PT. Madubaru sebagai pengelola Pabrik Gula Madukismo yangberlokasi di
Bantul, Yogyakarta juga telah mengembangkan program diversifikasiusaha. Salah
satu diversifikasi usaha tersebut berupa agrowisata yang telahdikenalkan kepada
masyarakat sejak 17 April 1993 oleh Sri SultanHamengkubuwono
X. Dalam pelaksanaannya PT. Madubaru menjalankan setrategi
bisnis Overal Cost Leadership pada usaha pokok dan strategi bisnis
differensiasi serta diversifikasi usaha. Tidak dapat dipungkiri kegiatan
agrowisata telah banyak mendatangkan keuntungan untuk berbagai pihak baik
masyarakat umum, pemerintah,ataupun perusahaan pengelola itu sendiri.
Berdasarkan kondisi tersebut Pabrik GulaMadukismo sebagai salah satu prasarana
studi kasus disini perlu dilakukanpeninjauan terhadap kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui prospek keberlanjutan usaha serta pengaruh yang
ditimbulkan terhadap berbagai kalangan
Oleh karena ini dengan adanya KKL ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan dapat mengaplikasikan dalam
dunia kerja sesuai dengan ilmu yang kita terima.
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta,
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan
peleburan ex UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3
(tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang
berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan
kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan
utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan
pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di
Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan
laboratorium.
Dengan adanya KKL ini diharapkan Mahasiswa mampu menerapkan teori yang telah dipelajari dibangku kuliah dan dapat
mengaplikasikan karya dalam dunia
kerja sesuai dengan ilmu yang kita terima.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
Kuliah Kerja Lapangan ini yaitu :
1. Bagaimana mengetahui tentang sejarah pabrik gula madukismo?
2. Bagaimana mengetahui produk yang dihasilkan oleh Pebrik
Gula dan Spirtus (PGPS) Madukismo?
3. Bagaimana mengetahui tentang
sejarah UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
4. Bagaimana mengetahui berbagai produk yang dihassilkan dari UPT
BPPTK (Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia)
LIPI Gunung Kidul?
C. Tujuan
Tujuan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui tentang sejarah
pabrik gula madukismo?
2. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan oleh
Pebrik Gula dan Spirtus (PGPS) Madukismo?
3. Untuk mengetahui tentang
sejarah UPT BPPTK LIPI Yogyakarta?
4. Untuk mengetahui berbagai produk yang dihassilkan dari UPT
BPPTK (Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia)
LIPI Gunung Kidul?
D.
Kegunaan Laporan
Kegunaan Laporan Kuliah Kerja
Lapangan ini yaitu:
- Untuk merangkum semua kegiatan yang telah dilakukan pada Kuliah Kerja Lapangan
- Sebagai bukti tertulis terkait kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
E. Kerangka Pemikiran
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||


![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
||||||||||
![]() |
F.
Metode Penelitian dalam Pelaporan KKL
Penelitian yang dilakukan adalah observasi lapangan, peneliti mendatangi
lokasi tempat pembuatan gula Pabrik Gula dan Pabrik
Spirtus (PGPS) Madukismo Bantul. Ditempat tersebut peneliti di kenalkan dengan
berbagai proses produksi gula serta produk hasil dari pabrik yang telah banyak
di pasarkan di Jawa Tengah dan Yogyakarta khusunya, selain itu peneliti juga
mewawancarai salah satu narasumber yang sudah lama berkecimpung di dalam
kegiatan produksi gula di Pabrik Gula dan Pabrik Spirtus (PGPS) Madukismo
Bantul tersebut. Ditempat selanjutnya yaitu UPT BPPTK (Unit Pelaksana Teknis
Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia) LIPI Gunung Kidul, peneliti dikenalkan dengan
berbagai riset yang dilakukan di laboratorium-laboratorium yang berbeda serta
proses pelaksanaan riset, dan tidak kalah dengan observasi sebelumnya di tempat
yang kedua ini juga dilenalkan dengan berbagai produk hasil dari riset dan
kemudian dikembangkan untuk di pasarkan di berbagai tempat di Indonesia, dan
untuk saat ini produk hasil dari UPT BPPTK (Unit Pelaksana Teknis Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia) LIPI
Gunung Kidul banyak di nikmati khususnya oleh masyarakat sekitar Jawa
Tengah dan Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gula Tebu
Tanaman tebu Saccharum
officinarum yang merupakan tanaman tebu untuk industri gula yang banyak
dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Tanaman tebu ini akan siap dipanen
kira-kira telah berumur 1 tahun, setelah memiliki ketinggian 1, 5- 3 meter dan
berdiameter 1,8 - 5 cm. Dalam industri pengolahan batang tebu menjadi gula, air
perasan tebu dipisahkan serat ampas tebu. Pemisahan ini menggunakan bantuan
mesin. Air perasan nantinya akan diolah gula sebagai produk industri , namun untuk sampai menghasilkan gula, terlebih dahulu tebu
hasil panen dari kebun harus segera dikirim ke Pabrik Gula (PG) untuk
selanjutnya diolah. Dari pengolahan tebu ini dihasilkan apa yang dikenal
sebagai Gula Kristal Putih (GKP) dan tetes sebagai produk utama (Prawiro ,
2011).
Serat ampas tebu
(baggase) merupakan limbah organik yang banyak dihasilkan di pabrik- pabrik
pengolahan gula tebu di Indonesia. Hasil
samping terbesar dari pengolahan tebu
menjadi gula sukrosa adalah ampas tebu yaitu 30 – 40 % dari total batang tebu.
Sebagaian dari ampa tebu digunakan sebagai ketel uap di pabrik gula dan sisanya
digunakan untuk keperluan lain (Rosmeika,2009). Serat ini memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi selain merupakan hasil limbah pabrik gula tebu,
serat ini juga mudah didapat, murah, tidak membahayakan kesehatan, dapat
terdegredasi secara alami (biodegradability) sehingga nantinya dengan
pemanfaatan sebagai serat penguat
komposit mampu mengatasi permasalahan lingkungan. Dari pertimbangan diatas maka
penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa (Yudo ,2008).
Alkohol
Ansory Rahman dalam
(Santi, 2008 ) bahwa, alkohol merupakan bahan alami yang dihasilkan dari proses
fermentasi yang banyak ditemui dalam bentuk bir, anggur, spiritus dan sebagainya. Ethanol atu yang lebih dikenal
dengan alkohol mempunyai rumus kimia C2H5OH , ethanol
sudah ditemukan ratusan tahun yang lalu pada proses peragian gula menjadii arak
yang dikenal dengan minuman keras, pada saat ini alkohol banyak digunakan untuk
bahan kosmetik , obat-obatan.
Prescott dan Dunn dalam
(Sembayang , 2006) molase (tetes tebu) merupakan hasil samping dari industri
pengolahan gula yang masih megandung gula
cukup tinggi.Kandungan gula molase terutama sukrosa berkisar 48 -55 % sehingga
merupakan bahan baku yang cukup potensial untuk pembuatab etanol. Kandungan
gula sebesar 10 – 18 % dalam medium fermentasi umumnya menghasilkan ethanol
yang memuaskan. Fermentasi adalah proses perubahan kimia yang disebabkan oleh
mikroba ataupun oleh aktivitas enzim yang dihasilkan mikroba. Ragi yang sering
digunakan dalam industri fermentasi ethanol adalah Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces yeast dapat tumbuh dengan
baik dalam kodisi aerob maupun anaerob. Adapun Reaksi fermentasinya adalah sebagai
berikut: C6H12O6 →
2C2H5OH+
2CO2.
LIPI
Unit Pelaksana Teknis Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta,
disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni
2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan
Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta
merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan ex UPT Bahan Baku dan
Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan
Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan
satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama
dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada
di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi
pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat
kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium. Adapun hal – hal
yang diolah di LIPI ialah :
PENGALENGAN
Pengalengan merupakan cara
pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat (hermetis) dan
disterilisasi dengan panas (Desrosier, 1978). Setelah proses sterilisasi harus
segera dilakukan proses pendinginan untuk mencegah terjadinya over cooking pada
makanan dan tumbuhnya kembali bakteri termofilik (Winarno dan Fardiaz, 1980). Pada umumnya proses pengalengan bahan pangan
terdiri atas beberapa tahap, diantaranya persiapan bahan, pengisian bahan ke
dalam kaleng, pengisian medium, exhausting, sterilisasi, pendinginan, dan
penyimpanan (Desrosier, 1978).
Kurniadi bersama tim peneliti LIPI lainnya membuat penelitian cara
pengawetan Gudeg agar tahan lama. “Riset sejak 2005 dan akhirnya menghasilkan
proses pengalengan makanan yang membuat Gudeg bisa tetap segar selama setahun,”
. Ia menjelaskan, fokus riset adalah mengkaji daya tahan masakan Gudeg yang
dikemas dalam kaleng. Prinsip utamanya adalah menekan sesedikit mungkin
terjadinya kontak udara pada tahap pengepakan masakan Gudeg ke dalam kaleng.
Untuk sterilisasi Gudeg dalam kaleng, digunakan teknologi hampa udara dengan
suhu melebihi 121 derajat Celcius dengan tekanan dua atmosfer. “Pada kondisi
demikian, bakteri dekomposer (pengurai—red) akan mati, serta Gudeg kaleng
produk dari Gunung Kidul (LIPI Yogyakarta) bebas pula dari bahan kimia yang
biasanya digunakan sebagai pengawet.”
PUPUK ORGANIK
Pupuk
organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang diurai (dirombak)
oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat
penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Supharta ,
2012).
Penggunaan
konsentrasi pupuk organik cair yang tepat cair dapat mempertahankan
keseimbangan ling- kungan serta dapat memperbaiki agregat tanah, memperbaiki
pertumbuhan, mempercepat panen, memperpanjang masa atau umur produksi dan dapat
meningkatkan hasil tanaman (Marliah , 2012).
BAB III
PEMBAHASAN
Pabrik Gula Madu Kismo
Zaman penjajahan Belanda Indonesia
memiliki 17 pabrik gula, namun pada zaman penjajahan Jepang semua pabrik
gula tersebut dibumihanguskan. Maka atas
latar belakang tersebut pada tahun 1995 Sri Sultan Hemungkubuwono IX bersama
I.r Soekarno mendirikan perusahaan PT Madu Baru yang terletak di kecamatan
Kasian Kabupaten Bantul Yogyakarta Selatan. PT Madu Baru menunjuk kontraktor
dari Jerman Timur untuk membangun dua anak pabrik yakni pabrik gula madu kismo
dan pabrik alkohol/spiritus madu kismo. Madu kismo sendiri berarti Madu = manis
dan Kismo = tanah.
Sebesar
75 % saham dimiliki Sri Sultan Hemungkubuwono IX serta 25 % saham dimiliki oleh
pemerintah. Namun pada saat ini Sri
Sultan Hemengkubuwono X memiliki hanya 60 % sedang 30 % dimiliki PT Rajawali.
Pada tahun 1958 lahan seluas 28 ha, PG madu kismo telah mampu memproduksi gula
sebesar 1500 ton dan sekarang produksi PG telah mencapai 3500 ton/hari dengan
luas lahan 5600-6000 ha. Sedang untuk alkohol pada tahun 1959-1576 Pabrik kismo
menghasilkan 15.000 liter/hari dan sekarang mencapai 25.000/hari. Sebanyak 4500
orang bekerja aktif di bulan Mei hingga Oktober, namun diluar bulan tersebut PG
madu kismo memiliki 542 orang karyawan tetap dan 60 orang menjabat sebagai
menegerial.
Alur
pemrosesan tebu untuk diolah menjadi gula adalah sebagi berikut :
a. Panenan
Tebu dipanen setelah
cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa) maksimal, dan kadar gula pecahan
(monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa pendahuluan untuk
mengetahui faktor kemasakan, koefisiensi daya tahan dan lain lain. Ini
dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum giling dimulai.
b. Pemerahan Nira.
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan bagian padat dengan cairannya yang mengandung gula melalui alat alat berupa unigratormark IV dan cane knife digabung dengan lima gilingan. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar di stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke bagian pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi di stasiun gilingan.
Tebu setelah ditebang, dikirim ke stasiun gilingan untuk dipisahkan bagian padat dengan cairannya yang mengandung gula melalui alat alat berupa unigratormark IV dan cane knife digabung dengan lima gilingan. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk bahan bakar di stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke bagian pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi di stasiun gilingan.
c. Pemurnian Nira
Nira mentah ditimbang,
dipanaskan 70 derajat celcius sampai 75 derajat celcius, direaksikan dengan
susu kapur dalam defeactor dan diberi gas Sulfur dioksida dalam peti
sulfitasi sampai Ph 7,00 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100 derajat
celcius sampai suhu 105 derajat celcius.
d. Penguapan Nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap di kristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakkan. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas Sulfur dioksida sebagai bleaching atau pemucatan dan siap untuk dikristalkan.
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira kental, yang siap di kristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakkan. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas Sulfur dioksida sebagai bleaching atau pemucatan dan siap untuk dikristalkan.
e. Kristalisasi
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed) serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vakum sebesar 65CmHg, sehingga suhu didihnya hanya 65 derajat celcius, jadi sakarosa tidak rusak akibat terkena panas tinggi. Hasil masakkan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di Stasiun Puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana gula A sebagai gula produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed) serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vakum sebesar 65CmHg, sehingga suhu didihnya hanya 65 derajat celcius, jadi sakarosa tidak rusak akibat terkena panas tinggi. Hasil masakkan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di Stasiun Puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam palung pendingin (kultrog).
f. Pumuteran Gula
Pada tahap ini gula dipisahkan dengan larutannya dengan alat-alat yang menggunakan gaya sentrifugal.
Pada tahap ini gula dipisahkan dengan larutannya dengan alat-alat yang menggunakan gaya sentrifugal.
g.
Penyelesaian dan Gudang Gula
Dengan alat penyaring gula, gula shs dari dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik 50kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada kapasitas 3.000 tth diperoleh gula 2.400 ku atau 4.800 sak.

Dengan alat penyaring gula, gula shs dari dipisahkan antara gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik 50kg netto. Produksi gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada kapasitas 3.000 tth diperoleh gula 2.400 ku atau 4.800 sak.
Berikut
adalah skema proses pembuatan gula

Alkohol Madu Kismo
Bahan baku yang digunakan untuk membuat bioetanaol adalah tetes, yang
merupakan hasil sampingan dari PG. Madukismo. Proses yang dipakai adalah
peragian (fermentasi), dari ragi yang dipakai : Sacharomyces Cereviceae. Enzim
yang ada dalam ragi ini mengubah gula yang masih ada dalam tetes menjadi
alkohol dan gas CO2
Reaksi kimia :
• Sakarosa dihidrolisa menjadi glukosa (gula reduksi)
C12 H22 O11+ H2O → 2C6 H12 O6
• Gula reduksi bereaksi menjadi alkohol + gas CO2
C6 H12 O6 → 2C2 H5 OH + 2CO2 → alkohol
Reaksi kimia :
• Sakarosa dihidrolisa menjadi glukosa (gula reduksi)
C12 H22 O11+ H2O → 2C6 H12 O6
• Gula reduksi bereaksi menjadi alkohol + gas CO2
C6 H12 O6 → 2C2 H5 OH + 2CO2 → alkohol
Proses Pembibitan dan Fermentasi :
1. Dalam memperbanyak Saccharomyces cereviseae dengan cara kultur dengan menggunakan.
Medium : gulosa, pepton, ekstrak tauge, ekstrak pisang ambon, agar
Tetes tebu/molase sebagai aklimitasi
remajaan kultur Saccharomyces cereviseae dilakukan 1 bulan sekal, maksilmal 2 bulan dengan tujuan untuk mengaktifkan kembali fungsi kerja Saccharomyces cereviseae.
2. Dibuat secara 2 tahap :
a. 30 cc dengan Brix 6
Untuk mengukur kadar brik dengan menggunakan Brix meter. Kemudian penambahan urea sebanyak 1 gr, NPK sebanyak 0,3 gt, H2SO4 dengan PH 4,8.
b. 1L dengan Brix 14
Semakin tinggi kadar brix, semakin pekat larutannya, penambahan urea 1 gr, NPK sebanyak 0,3 gr, H2SO4 dengan PH 4,8
Setelah selesai di buat, kemudian disterilisasi dengan pemanasan biasa. Memasukan masing-masing larutan ke dalam erlenmayer ( I dan II ). Kemudian dipanaskan dan didinginkan / diinkubasi selama 24 jam.
3. Menyiapkan tangki 19 dengan kapasitas tangki 12 L, penambahannya Urea 10 gr, NPK 3 gr, H2SO4 pH 4,8 dan memasukan erlenmeyer I dan II ke dalam tangki 19 di inkubasi selama 24 jam.
4. Menyiapkan tangki 20 dengan kapasitas tangki 48 L, penambahan urea 48gr NPK 14,4 gr, H2SO4 dengan pH 4,8, dan dimasukan hasil inkubasi dari tangki 19 kemudian di inkubasi kembali 24 jam.
5. Hasil pada tahap ke empat selanjutnya dimasukan ke tangki 21 dengan kapasitas tangki 480 L dan penambahan urea 480gr, NPK 144gr, H2SO4 dengan pH 4,8 diinkubasi 24 jam
6. Hasil pada tahap ke 5, selanjutnya dimasukan ke tangki 22/1 dengan kapasitas tangki 3010L diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam masuk ketangki 22/2 dengan kapasitas tangki 3010 L.
1. Dalam memperbanyak Saccharomyces cereviseae dengan cara kultur dengan menggunakan.
Medium : gulosa, pepton, ekstrak tauge, ekstrak pisang ambon, agar
Tetes tebu/molase sebagai aklimitasi
remajaan kultur Saccharomyces cereviseae dilakukan 1 bulan sekal, maksilmal 2 bulan dengan tujuan untuk mengaktifkan kembali fungsi kerja Saccharomyces cereviseae.
2. Dibuat secara 2 tahap :
a. 30 cc dengan Brix 6
Untuk mengukur kadar brik dengan menggunakan Brix meter. Kemudian penambahan urea sebanyak 1 gr, NPK sebanyak 0,3 gt, H2SO4 dengan PH 4,8.
b. 1L dengan Brix 14
Semakin tinggi kadar brix, semakin pekat larutannya, penambahan urea 1 gr, NPK sebanyak 0,3 gr, H2SO4 dengan PH 4,8
Setelah selesai di buat, kemudian disterilisasi dengan pemanasan biasa. Memasukan masing-masing larutan ke dalam erlenmayer ( I dan II ). Kemudian dipanaskan dan didinginkan / diinkubasi selama 24 jam.
3. Menyiapkan tangki 19 dengan kapasitas tangki 12 L, penambahannya Urea 10 gr, NPK 3 gr, H2SO4 pH 4,8 dan memasukan erlenmeyer I dan II ke dalam tangki 19 di inkubasi selama 24 jam.
4. Menyiapkan tangki 20 dengan kapasitas tangki 48 L, penambahan urea 48gr NPK 14,4 gr, H2SO4 dengan pH 4,8, dan dimasukan hasil inkubasi dari tangki 19 kemudian di inkubasi kembali 24 jam.
5. Hasil pada tahap ke empat selanjutnya dimasukan ke tangki 21 dengan kapasitas tangki 480 L dan penambahan urea 480gr, NPK 144gr, H2SO4 dengan pH 4,8 diinkubasi 24 jam
6. Hasil pada tahap ke 5, selanjutnya dimasukan ke tangki 22/1 dengan kapasitas tangki 3010L diinkubasi selama 24 jam. Setelah 24 jam masuk ketangki 22/2 dengan kapasitas tangki 3010 L.
diinkubasi
kembali selama 16 jam dan diperoleh bibit /starter Saccharomyces cereviseae dalam tangki sebanyak 350 L dan kondisi
bibit / starter masih aerob.
7. Bibit / starter Saccharomyces cereviseae pada tangki 22/2 diinginkan sebanyak 2660L dan dicampurkan ke dalam tangki 25 yang berkapasitas 18000L, dengan penambahan Urea, NPK dan H2SO4 dan diinkubasi kembali selama 16 jam, kondisi masih aerob.
8. Hasil pada tahap ke 7 selanjutnya di masukan kedalam tangki 26 berkapasitas 75000L (sludge) dan diinkubasi selama 50 jam, kondisi anaerob.
Hasil akhir berupa alkohol dengen kadar maksimal 10 % untuk menaikan kadar absolut 95% untuk menjadi bioetanol dilakukan proses penyulingan / distilasi. Dan untuk proses pembuatan spritus dibutuhkan kadar alkohol dibawah 94% dengan proses penyulingan dan penambahan metyl blue.
Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom
• Kolom Maische
• Kolom Rectifiser
• Kolom Voorloop
• Kolom Nachloop
7. Bibit / starter Saccharomyces cereviseae pada tangki 22/2 diinginkan sebanyak 2660L dan dicampurkan ke dalam tangki 25 yang berkapasitas 18000L, dengan penambahan Urea, NPK dan H2SO4 dan diinkubasi kembali selama 16 jam, kondisi masih aerob.
8. Hasil pada tahap ke 7 selanjutnya di masukan kedalam tangki 26 berkapasitas 75000L (sludge) dan diinkubasi selama 50 jam, kondisi anaerob.
Hasil akhir berupa alkohol dengen kadar maksimal 10 % untuk menaikan kadar absolut 95% untuk menjadi bioetanol dilakukan proses penyulingan / distilasi. Dan untuk proses pembuatan spritus dibutuhkan kadar alkohol dibawah 94% dengan proses penyulingan dan penambahan metyl blue.
Penyulingan
Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom
• Kolom Maische
• Kolom Rectifiser
• Kolom Voorloop
• Kolom Nachloop
Alkohol kasar
kadar ± 45% → masuk ke Kolom Voorloop
Hasil bawah : Vinase dibuang
Kolom Voorloop
Hasil atas : Alkohol teknis kadar : 94% masih mengandung aldehid, ditampung sebagai hasil
Hasil bawah : Alkohol mudah kadar ± 25% → masuk ke Kolom Rectifiser
Kolom Rectifiser
Hasil atas : alkohol murni (prima 1) kadar minimal 95% ditampung sebagai hasil
Hasil tengah : alkohol mudah yang mengandung minyak Fusel, masuk Kolom Nachloop
Hasil bawah : Lutter washer, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menamnah kolom Voorloop sebagai bahan penyerap alkohol dan sebagian dibuang.
Hasil bawah : Vinase dibuang
Kolom Voorloop
Hasil atas : Alkohol teknis kadar : 94% masih mengandung aldehid, ditampung sebagai hasil
Hasil bawah : Alkohol mudah kadar ± 25% → masuk ke Kolom Rectifiser
Kolom Rectifiser
Hasil atas : alkohol murni (prima 1) kadar minimal 95% ditampung sebagai hasil
Hasil tengah : alkohol mudah yang mengandung minyak Fusel, masuk Kolom Nachloop
Hasil bawah : Lutter washer, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menamnah kolom Voorloop sebagai bahan penyerap alkohol dan sebagian dibuang.
Kolom Nachloop
Hasil atas : alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil.
Hasil bawah : air yang bebas alkohol, dibuang.
Minyak Fusel (amyl alcohol) merupakan hasil samping pabrik spiritus, ini bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat).
Hasil atas : alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil.
Hasil bawah : air yang bebas alkohol, dibuang.
Minyak Fusel (amyl alcohol) merupakan hasil samping pabrik spiritus, ini bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat).
Diagram alir
pembuatan alkohol PS. Madukismo

Produk Hasil Olahan UPT BPPTK LIPI
Produk
Kemasan Kaleng
Penelitian tentang pembuatan produk dalam kemasan
kaleng telah berlangsung cukup lama. Hasil yang telah diperkenalkan meliputi
kalengan masakan tempe ( kari dan Bacem) , baby corn nanas, terong (balado),
dan lain- lain. Merk untuk produk- produk ini ditetapkan dengan nama
“LIPICO”. Kapasitas terpasang untuk satuan peralatan pengalengan “Canning Line”
yang telah siap dioperasikan sampai saat ini mencapai 1000 kaleng per hari.
Pengenalan produk ini telah sampai ke pasar inggris melalui jasa perantara swasta.
Cara Pengawetan pada Makanan Kaleng
Asep Nurhikmat, Peneliti UPT BPPTK LIPI Yogyakarta lainnya mengatakan,
“proses pengalengan Gudeg menggunakan kaleng ukuran 301 x 205 mm. Gudeg yang
telah dihasilkan, difortifikasi (ditingkatkan zat gizinya) dengan asparagus
(sayuran) untuk meningkatkan kandungan asam folatnya (vitamin).Hasilnya
kandungan Gudeg berubah dan lebih bergizi,”

Label Halal
dari MUI
Gudeg kemasan dalam kaleng menjadi salah satu produk unggulan dari UPT
BPPTK LIPI Yogyakarta. Produk tersebut telah mendapatkan sertifikat label halal
dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir Januari 2010.
Selain itu, juga
mendapatkan sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor BPOM
MD: 555112001035. “Kedua sertifikat itu merupakan prasyarat akhir sebelum
dikomersialisasikan,” kata Kepala UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, Hardi Julendra.
Pengalengan
Tidak Hanya Gudeg
Produk makanan
kemasan dalam kaleng tidak hanya untuk gudeg saja. Pengembangan teknologi pengalengan
makanan juga merambah ke makanan jenis lainnya. Setidaknya ada tiga jenis
makanan (selain gudeg) yang dikalengkan oleh LIPI Yogyakarta yaitu :
1.
Pengalengan tempe kari kaleng.
Peneliti UPT BPPTK LIPI Yogyakarta menjelaskan bahwa tempe merupakan produk
fermentasi dari kedelai yang digemari semua kalangan masyarakat di Indonesia.
“Tempe kari kaleng dikemas dengan mengolahnya dalam bumbu kari yang higienis
dan tahan lama.”

2.
Mangut lele kaleng. Mangut lele merupakan
makanan khas dari daerah Bantul, Yogyakarta. Lele dimasak dengan menggunakan
bumbu mangut yang didominasi dengan kuah dari santan.

3.
Sayur lombok ijo kaleng. Sayur
tersebut merupakan makanan khas daerah Wonosari, Yogyakarta. Sayur lombok ijo
merupakan sayuran yang terdiri dari cabe hijau dan tempe ditambah kuah serta
bumbu-bumbu lainnya.
Pemasaran dan distribusi produk gudeg kaleng dilakukan oleh Koperasi
LIPI Gading (KOLIGA). Lokasi koperasi di kantor LIPI Yogyakarta, yakni di Jl.
Wonosari, Yogyakarta Km 4, Gading, Playen, Gunung Kidul.
Olahan Makanan Khas
Pathilo merupakan makanan sejenis kerupuk yang menjadi makanan khas
Gunungkidul. Semakin digemarinya produk ini secara luas menjadikan potensial
untuk dikembangkan. Penelitian yang telah dilakukan LIPI tentang teknologi
pembuatan pathilo menghasilkan pathilo yang memiliki kualitas yang lebih bagus
dan lebih banyak disukai oleh konsumen.

Teh ling zhi adalah teh yang diminum oleh raja-raja dahulu di negri
Cina untuk menjaga kesehatan tubuh supaya tetap muda, kuat secara fisik dan
bebas dari gangguan penyakit yang dikarenakan faktor penuaan. Sejak tahun 1962
telah diteliti oleh pakar kesehatan jepang bawa Teh Ling Zhi sama sekali tidak
ada efek sampingan, apabila terus menerus diminum dapat menghasilkan antibodi
tubuh yang kuat, menormalkan semua fungsi organ tubuh dan dapat menghilangkan
penyumbatan pembuluh darah yang diakibatkan kolestrol, lemak dan lipid darah.

UPT BPPTK LIPI Yogyakarta telah berhasil mengembangkan proses
pengolahan kelopak bunga Cranberry menjadi produk minuman seduh kantong (tea
bag) dan bubuk sedu dengan kualitas produk lebih unggul daripada yang telah
beredar di pasaran. Prosesnya dilaksanakan menggunakan teknologi yang tidak terlalu
canggih namun tetap menghasilkan produk berkualitas dan memberi citra higienis
yang baik. Produk hasil penelitian tersebut memiliki warna lebih merah cerah
walaupun tanpa ditambahkan pewarna dengan rasa yang lebih disukai. Penyajiannya
dapat dilakukan dalam bentuk minuman hangat maupun dingin sesuai dengan yang
dikehendaki.
Salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah penyediaan bahan makanan berasal dari bahan serealia sebagai
sumber karbohidrat dan kacang-kacangan yang merupakan sumber protein nabati.
Bahan Makanan Campuran (BMC) terbuat dari bahan kacang-kacangan dan tepung
tempe yang diformulasikan sehingga memenuhi kecukupan nilai kalori dan gizi.
Tempe merupakan hasil fermentasi kedele dan sudah sangat dikenal dengan
keunggulannya baik nilai gizi maupun dari kandungnan bioaktifnya yang
bermanfaat untuk kesehatan.
Produk Jamur
dan Olahannya
Kegiatan penelitian produksi jamur terutama
jamur tiram relative belum lama tetapi sampai saat ini telah berhasil dibuat
contoh produk jamur dalam kemasan botol dan kaleng serta diolah menjadi
beberapa olahan lain seperti sosis jamur, nugget jamur, abon jamur dan bakso
jamur. Selain pengolahan produk UPT BPPTK LIPI juga menyediakan bibit jamur
tiram bermutu dalam botol dan log bag.

Abon Ikan Tuna
Abon ikan tuna terbuat dari
ikan tuna ditambah bumbu-bumbu tanpa bahan pengawet dengan komposisi 90% ikan
tuna dan 10 % bumbu. Dengan proses produksi yang higienis, kualitas ikan tuna
yang baik dan tanpa bahan pengawet abon ikan tuna terjamin keamanan dan mutu
produknya. Abon Ikan Tuna tersedia dalam kemasan 100 gram dengan harga yang
terjangkau.
Lemo-fit
Lemo-fit adalah suatu produk
pakan tumbuhan untuk rumaninsia, funsi limofit sebagai peningkat nafsu makan
ternak yang bertujuan meningkatkann produktivitas, komposisi :
1.
Protein kasar 14 – 15 %
2.
Serat kasar maksimal 10 %
3.
Lemak kasar maksimal 16 %.
4.
Mineral esesnsial 10 %.
Aturan pemberian
1.
Ditabur langsung kepakan rumpu t-
rumputan
2.
Dicampurkan pada konsentrat 40 –
50 gram/ekor setiap hari (sapi atau kerbau dewasa)
3.
Dicampurkan pada konsentrat 15-20
gram/ekor setiap hari (kambing atau domba
dewasa).
Dapat terus
diberikan meskipun saat makan nafsu ternak berkurang.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Pabrik gula Madukismo adalah satu-satunya pabrik gula dan alkohol/spiritus di propinsi DIY. Pabrik ini mengemban tugas untuk mensukseskan program pengadaan pangan nasional, khususnya gula pasir dan alkohol/spiritus. Madukismo terletak di kabupaten Bantul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Perusahaan ini merupakan bentuk dari Perseroan Terbatas (PT), yang berdiri pada tanggal 14 Juni 1955, dan diberi nama PT. Madu Baru. Yang kemudian dibagi menjadi dua pabrik yaitu Pabrik Gula (PG Madukismo) dan Pabrik Alkohol/Spiritus (PS Madukismo).
- Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
- Produk-produk yang dihasilkan oleh pabrik gula madukismo adalah gula, alkohol, pupuk, dan batako.
- Produk-produk-produk yang dihasilkan oleh UPT BPPTK LIPI Yogyakarta adalah produk kalengan, lemo-fit, biogas, pupuk, pembangkit listrik.
4.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya KKL ini sebagai
mahasiswa kita dapat berfikir kedepan tentang riset dan penelitian. Dan semoga
untuk KKL berikutnya lebih diperbaiki lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Yudo, hartono dan
Jatmiko, Sukanto. 2008. Analisa Teknis Kekuatan Mekanis
Material
Komposit
Berpenguat Serat Ampas Tebu (Baggase) Ditinjau dari Kekuatann Tarik dan Impak. Jurnal Kapal. Vol 5 . No 2.
Rosmeika, dkk.
2009. Pengkajian Daur Hidup Ampas Tebu
di Pabrik Gula
Madukismo, Yogyakarta Menggunakan Metode Life Cycle Assesment (LCA). Jurnal Enjiring
Pertanian. Vol VIII, No 2
Utami, Rahma. 2012.
Karakteristik Pemanasan pada Proses Pengalengan Cincau
Hitam (Mesona palustris).SkripsiInstitut Pertanian
Bogor.
Marliah Ainun dkk,.2012. Pemanfaatan
Pupuk organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil beberapa varietas toma t (Lycopersicum esculentum l.)Jurnal Agrista. Vol. 16 No.
3.
Supartha,dkk.2012. Aplikasi Jenis
Pupuk Organik pada Tanaman Padi Sistem
Pertanian Organik. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 1, No. 2.
Santi, shinta
soraya.2008. Pembuatan
Alkohol dengan Proses Fermentasi Buah
Jambu Mete oleh
Khamir Sacharomices cerevesiae. Jurnal penelitian ilmu teknik.Vol. 8 No.2.
Misran,erni.2005. Industri Tebu menuju zero Waste Industry.Jurnal Teknologi
Proses.Vol. 4 No.2.
Sebayang,firman.2006.Pembuatan
Etanol dari Molase secara Fermentasi
Menggunakan sel Saccharomyces
cerevisiae yang Terimobilisasi pada
kalsium Alginat.Jurnal Teknologi Proses.
Vol. 5 No. 2.
LAMPIRAN

Produk PS Madukismo

Anggota kelompok 4

Contoh Produk UPT BPPTK LIPI
A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar